Rupiah Was-Was! The Fed Bisa Kerek Suku Bunga 3 Kali Lagi
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,23% melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin ke Rp 15.155/US$. Tetapi, pada perdagangan Rabu (15/2/2023) ada risiko rupiah kembali terpuruk. Sebabnya, data inflasi di Amerika Serikat yang masih bandel.
Inflasi di Amerika Serikat menjadi penyebab pasar kembali pesimistis. Pada Januari inflasi dilaporkan tumbuh 6,4% year-on-year (yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,5%. Tetapi, rilis tersebut lebih tinggi dari ekspektasi 6,2% (yoy).
Artinya, inflasi di Amerika Serikat masih sulit untuk turun. Pasar melihat bank sentral AS (The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada Maret. Data terbaru dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 3 kali lagi hingga menjadi 5,25% - 5,5%.
Artinya, ekspektasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi The Fed 5% - 5,25%. Bukan tanpa alasan, Powell yang merupakan ketua The Fed sebelumya menyatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi jika inflasi kembali naik.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (8/2/2023).
Secara teknikal, rupiah masih jauh di atas Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (moving average 200/MA 200), yang memberikan tekanan lebih besar.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
Indikator Stochastic pada grafik harian yang sebelumnya berada di wilayah jenuh jual (oversold) dalam waktu yang lama, kini berbalik masuk wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stockhastic yang mulai masuk overbought, tekanan pelemahan tentunya sedikit mereda, peluang penguatan juga terbuka.
Support berada di kisaran Rp 15.150/US$ - Rp 15.130/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat lebih jauh menuju level kunci psikologis Rp15.090/US$.
Sementara selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.200/US$, sebelum menuju resisten di Rp 15.250/US$ hingga Rp 15.280/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD
(pap/pap)
Sentimen: negatif (96.9%)