Sentimen
Negatif (99%)
15 Feb 2023 : 18.04
Tokoh Terkait

Inflasi Amerika Bandel, Rupiah Kena Getahnya

15 Feb 2023 : 18.04 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Inflasi Amerika Bandel, Rupiah Kena Getahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (15/2/2023). Rilis data inflasi Amerika Serikat yang "bandel" memberikan tekanan bagi rupiah, selain itu pelaku pasar juga menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,03% sebelum bertambah menjadi 0,1% Rp 15.170/US$ pada pukul 9:09 WIB.

Inflasi di Amerika Serikat menjadi penyebab pasar kembali pesimistis. Pada Januari inflasi dilaporkan tumbuh 6,4% year-on-year (yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,5%. Tetapi, rilis tersebut lebih tinggi dari ekspektasi 6,2% (yoy).

-

-

Artinya, inflasi di Amerika Serikat masih sulit untuk turun. Pasar melihat bank sentral AS (The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.

Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada Maret. Data terbaru dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 3 kali lagi hingga menjadi 5,25% - 5,5%.

Artinya, ekspektasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi The Fed 5% - 5,25%. Bukan tanpa alasan, Powell yang merupakan ketua The Fed sebelumya menyatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi jika inflasi kembali naik.

"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (8/2/2023).

Sementara itu BI akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis besok.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah antara yang memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan dan yang memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga acuan. Namun, mayoritas melihat BI tidak akan lagi mengerek suku bunga.

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga di level 5,75%.

Dua institusi memperkirakan BI akan mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%.

Dengan adanya risiko The Fed menaikkan suku bunga lebih tinggi, maka proyeksi terbaru dari BI akan sangat dinanti pelaku pasar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[-]

-

Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD
(pap/pap)

Sentimen: negatif (99.8%)