PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kembali menurunkan usulan biaya penerbangan ibadah haji menjadi Rp 32,7 juta. Angka sebelumnya Rp 33,4 juta per penumpang. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.

"Demikian kami sudah menyampaikan persoalan harga. Alhamdulillah sudah diterima. Memang belum diputuskan finalnya, tapi untuk Garuda kemungkinan besar akan menggunakan hak angka yang tadi sudah disampaikan yaitu sebesar Rp 32,7 juta per penumpang," kata Irfan di Gedung DPR Jakarta, Selasa (14/2/2023).

Menurut Irfan dalam beberapa waktu terakhir diskusi berjalan cukup alot dalam menentukan harga final dari biaya haji bersama dengan Panitia Kerja (Panja) Komisi VII DPR. Ada 2 faktor yang memunculkan angka Rp 32,7 juta tersebut. Pertama, harga avtur.

-

-

"Ada beberapa faktor di saat perhitungan. Salah satu yang sangat penting adalah harga avtur. Dinamikanya cukup menarik, kita menawarkan harga avtur di angka 93 sen per liter. Suatu harga yang sebenarnya di bawah harga saat ini. Kita harap selama musim haji nanti harganya tidak naik," katanya.

Kedua, nilai tukar berbasis Rp 15.150 per dolar AS untuk biaya sewa pesawat. Menurut Irfan Garuda belum memulai proses negosiasi harga sewa pesawat untuk keberangkatan haji.

"Memang tambahan pesawat yang dibutuhkan, kita ada kesepakatan dengan pemerintah Arab Saudi bahwa 50% jamaah akan dibawa oleh Garuda Indonesia, 50% akan dibawa oleh Arab Saudi. Jumlah itu 200 juta, jadi kalau sudah disepakati Garuda akan mengangkut lebih dari 100 ribu jamaah," ujar Irvan.

Sebelumnya dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR pada Kamis pekan lalu, Garuda mengusulkan biaya penerbangan ibadah haji sebesar Rp 33,4 juta. Usulan itu turun sekitar Rp 500 ribu dari usulan Kementerian Agama (Kemenag) sebesar Rp 33,9 juta.

Hal itu disampaikan Direktur Layanan dan Niaga PT Garuda Indonesia Ade R Susar dalam rapat panitia kerja Komisi VIII dengan PT Garuda Indonesia mengenai biaya penyelenggaraan ibadah haji, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/2/2023). Ade mengatakan usulan itu masih berupa asumsi-asumsi.

"Jadi dengan asumsi-asumsi tadi, yang saat ini masih terbatas, kita hitung direct dan indirect-nya, cost-nya, total cost sekitar Rp 31.431.353, airport building charge Rp 1.191.253, dan grand total cost Rp 32.622.606, kita hitung kalau margin tahun lalu 2,5 margin, jadi sekitar Rp 33.438.171," kata Ade.