Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan US$2,9 miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei 2022. Realisasi itu lebih rendah dari bulan sebelumnya yang hanya US$7,56 miliar.

"Jadi pada Mei 2022 neraca masih surplus yaitu sebesar US$2,9 miliar, tetapi masih menurun kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers secara daring, Rabu (15/6).

Setianto menjelaskan nilai ekspor turun 21,29 persen secara bulanan dari US$27,32 miliar menjadi US$21,51 miliar.

-

-

Secara rinci, kinerja ekspor terdiri dari minyak dan gas (migas) sebesar US$20 miliar atau turun 22 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya US$25 miliar. Sementara ekspor nonmigas sebesar US$1,5 miliar atau naik 4 persen dari sebelumnya US$1,43 miliar.

Total ekspor nonmigas mencapai 93,04 persen dari total ekspor Indonesia pada Mei 2022. Jika dilihat, hampir seluruh sektor terpantau turun bulan lalu.

Detailnya, ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 25,92 persen menjadi US$290 juta, industri pengolahan turun 25,93 persen menjadi US$14,14 miliar, serta pertambangan turun 12,92 persen menjadi US$5,58 miliar.

Berdasarkan negara tujuan ekspor, penurunan ekspor nonmigas terjadi ke Malaysia sebesar US$300,8 juta, Amerika Serikat (AS) turun US$404,3 juta, Singapura turun US$564 juta, Jepang turun US$613 juta, dan China turun US$899 juta.

Kemudian, kenaikan nilai ekspor terjadi ke India sebesar US$149 juta, Bulgaria US$32 juta, Peru US$29 juta, Polandia US$17,6 juta, dan Maroko US$16,5 juta.

Jika dilihat, pangsa ekspor Indonesia tidak berubah, yakni terbanyak masih ke China mencapai 22,95 persen. Setelah itu ke India 11,27 persen dan AS 10,26 persen.

Sementara, nilai impor turun 5,81 persen dari US$19,76 miliar pada April 2022 menjadi US$18,61 miliar pada Mei 2022.

Realisasi tersebut terdiri dari impor migas sebesar US$15,26 miliar atau turun 4,31 persen dari US$15,94 miliar pada bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$3,35 miliar atau turun 12 persen dari sebelumnya US$3,81 miliar.

Setianto mencatat menurut penggunaan barang, mayoritas impor turun pada Februari 2022. Tercatat, impor bahan baku atau penolong turun 5,62 persen secara bulanan menjadi US$14,66 miliar.

Selanjutnya, barang modal turun 3,62 persen secara bulanan menjadi US$2,44 miliar. Lalu, impor barang konsumsi turun 10 persen secara bulanan menjadi US$1,52 miliar.

"Beberapa impor turun karena komoditas mesin, perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya," kata Setianto.

Berdasarkan negara asal, penurunan impor nonmigas terjadi dari Argentina sebesar US$156,7 juta, Jepang US$121,7 juta, Brazil US$113,4 juta, Oman US$109,3 juta, dan Rusia US$109,1 juta.

Sementara, kenaikan impor nonmigas terbesar terjadi dari Australia sebesar US$187,1 juta, India US$95,9 juta, Thailand US$91,5 juta, Kanada US$91,5 juta, dan Arab Saudi US$43,7 juta.

Pangsa impor Indonesia utamanya didominasi dari China 33,25 persen, Jepang 8,27 persen, dan Thailand 6,07 persen.

[-]

[-]