Investor Khawatir Lagi, Bursa Asia Dibuka Lesu Nih
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Kamis (9/2/2023), di tengah lesunya lagi bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin, meski investor masih mencerna indikasi bank sentral AS yang mengindikasikan bahwa inflasi sudah mencapai puncaknya.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melemah 0,46%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,61%, Shanghai Composite China turun 0,15%, Straits Times Singapura terpangkas 0,36%, ASX 200 Australia terdepresiasi, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,53%.
Bursa Asia-Pasifik cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street kemarin yang ditutup kembali lesu.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,61%, S&P 500 ambles 1,11%, dan Nasdaq Composite ambruk 1,68%.
Sehari sebelumnya, Wall Street sukses mengakhiri kemerosotan dua hari beruntun setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, seperti disebutkan sebelumnya menyatakan AS mulai mengalami disinflasi.
Tetapi seperti biasa, pelaku pasar tentunya terus mencerna detail demi detail apa yang diutarakan Powell. Hal ini membuat Wall Street kembali volatil.
Bahkan, Powell juga memberikan 'kode' kembali bahwa jika inflasi kembali meningkat, maka suku bunga bisa naik lebih tinggi dari prediksi sebelumnya.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.
Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa pekan depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat.
Hasil polling dari Refinitiv menujukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) tumbuh 0,5% pada Januari dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini berkebalikan dengan Desember 2022 yang terjadi deflasi (penurunan harga) sebesar 0,1% (mtm).
Selain itu, CPI inti juga diprediksi tumbuh 0,4% (mtm), lebih tinggi dari pertumbuhan Desember 0,3% (mtm).
Ekspektasi pasar terkait suku bunga The Fed kembali naik.
Sebelumnya berdasarkan perangkat FedWatch CME Group, pelaku pasar melihat puncak suku bunga The Fed tidak akan lebih dari 5%. Tetapi kini, ekspektasi tersebut kembali ke awal yakni 5% - 5,25%.
Bahkan, ada probabilitas sebesar 31% suku bunga The Fed berada di 5,25% - 5,5% pada Juni 2023. Probabilitas ini tentunya bisa semakin meningkat jika inflasi di AS kembali menunjukkan kenaikan.
Jika The Fed menaikkan suku bunga ke level itu, maka Amerika Serikat diprediksi akan mengalami resesi.
Selain itu para investor juga melihat laporan earnings perusahaan-perusahaan di AS.
Sejauh ini, berdasarkan data Refinitiv yang dikutip CNBC International, sebanyak 42 emiten di S&P 500 memberikan panduan yang negatif untuk kinerja kuartal I-2023, delapan emiten memberikan gambaran positif, sementara sebagian besar tidak berubah.
Data yang sama menunjukkan 69% dari 297 emiten di S&P 500 membukukan kinerja yang positif di kuartal IV-2022, meski sebagian besar akibat para analis menurunkan ekspektasi mereka. 27% emiten melaporkan kinerja negatif.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)
Sentimen: negatif (76.2%)