Sentimen
Netral (65%)
9 Feb 2023 : 12.49
Tokoh Terkait

Balik Melemah Lagi, Rupiah Sentuh Rp 15.120/US$

9 Feb 2023 : 12.49 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Balik Melemah Lagi, Rupiah Sentuh Rp 15.120/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (9/2/2023) setelah sukses menghentikan kemerosotan dua hari beruntun Rabu kemarin. Pergerakan rupiah menunjukkan tingginya volatilitas pasar mata uang, terutama mendapat sentimen dari Amerika Serikat.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,1% ke Rp 15.110/US$. Depresesiasi bertambah menjadi 0,17% ke Rp 15.120/US$ pada pukul 9:03 WIB, melansir data Refinitiv.

Kemarin, rupiah sukses menguat 0,3% mendapat sentimen positif dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2023 yang naik menjadi 123, lebih tinggi dari 119,9 pada Desember 2022.

-

-

Survei Konsumen Bank Indonesia pada Januari 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya.

"Menguatnya keyakinan konsumen pada Januari 2023 didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja," ungkap Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Rabu (8/2/2023).

Kenaikan IKK bisa menjadi indikasi konsumen akan meningkatkan belanja. Mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 50% dari PDB, maka kenaikan IKK bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial.

Selain itu, laju penguatan indeks dolar AS yang terhenti setelah ketua The Fed (bank sentral AS) Jerome Powell, menyebut inflasi di Amerika Serikat mulai menurun.

Meski demikian, Powell juga menyatakan suku bunga bisa naik lebih tinggi dari prediksi sebelumnya jika inflasi kembali naik. Hal ini membuat pasar mata uang masih akan volatil.

"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.

Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat.

Hasil polling dari Refinitiv menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) tumbuh 0,5% pada Januari dari bulan sebelumnya (month-to-month/mom). Ini berkebalikan dengan Desember 2022 yang terjadi deflasi (penurunan harga) sebesar 0,1% (mom).

Selain itu, CPI inti juga diprediksi tumbuh 0,4% (mom), lebih tinggi dari pertumbuhan Desember 0,3% (mom).

Ekspektasi pasar terkait suku bunga The Fed kembali naik.

Sebelumnya berdasarkan perangkat FedWatch CME Group, pelaku pasar melihat puncak suku bunga The Fed tidak akan lebih dari 5%. Tetapi kini, ekspektasi tersebut kembali ke awal yakni 5% - 5,25%.

Bahkan, ada probabilitas sebesar 31% suku bunga The Fed berada di 5,25% - 5,5% pada Juni 2023. Probabilitas ini tentunya bisa semakin meningkat jika inflasi di Amerika Serikat kembali menunjukkan kenaikan.

Jika The Fed menaikkan suku bunga ke level itu, maka Amerika Serikat diprediksi akan mengalami resesi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected].com


[-]

-

Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD
(pap/pap)

Sentimen: netral (65.3%)