Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: pengangguran
Tokoh Terkait
Bursa Asia Gak Kompak Lagi, Meski Ada Sentimen Positif
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali ditutup beragam pada perdagangan Rabu (8/2/2023), di tengah indikasi dari bank sentral Amerika Serikat (AS) bahwa inflasi AS sudah mencapai puncaknya.
Indeks Straits Times Singapura ditutup menguat 0,23% ke posisi 3.388,52, ASX 200 Australia bertambah 0,35% ke 7.530,1, KOSPI Korea Selatan melonjak 1,3% ke 2.483,64, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik tipis 0,07% menjadi 6.940,12.
Sementara untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,29% ke 27.606,5, Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,07% ke 21.283,52, dan Shanghai Composite China terkoreksi 0,49% ke 3.232,11.
Beberapa investor ada yang menyambut baik pernyataan ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, terkait inflasi di AS yang sudah mencapai puncak, tetapi ada yang masih skeptis bahwa inflasi belum mencapai puncaknya karena data tenaga kerja AS masih cukup kuat, sehingga potensi inflasi kembali meninggi masih cukup besar.
Namun, Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Powell membuat pelaku pasar sedikit lega dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Hampir sama dengan pernyataannya pasca pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, Powell menyebut proses disinflasi sudah dimulai.
Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di AS sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan.
"Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini baru tahap paling awal," kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa waktu setempat.
Ketika inflasi mulai menurun, maka peluang suku bunga The Fed tidak lebih dari 5%, seusai prediksi dan keinginan pasar akan menjadi lebih besar. Hal ini juga bisa berdampak bagus ke negara lain, dan dunia tentunya.
Tetapi, Powell juga memberikan catatan suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diprediksi jika pasar tenaga kerja masih terus kuat atau inflasi yang kembali meninggi.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.
Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat. Meski demikian, untuk sementara pasar dibuat lega setelah Powell menyatakan inflasi sudah dalam proses menurun.
Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, secara mengejutkan perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari 2023, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang,
Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Dalam kondisi normal pasar tenaga kerja yang kuat, tingkat pengangguran yang turun, serta rata-rata upah per jam yang naik cukup tinggi adalah kabar baik. Tetapi dalam kondisi saat ini itu menjadi berita buruk.
Pasar tenaga kerja yang kuat, begitu juga dengan rata-rata upah berisiko membuat inflasi semakin sulit turun ke target The Fed sebesar 2%.
Jadi, investor di Asia-Pasifik cenderung terbelah menjadi dua, ada yang menanggapi positif terkait pernyataan Powell, ada pula yang masih skeptis, terlihat dari bervariasinya pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Kabar Baik Buat IHSG, Wall Street Cerah, Bursa Asia Meroket!
(chd/chd)
Sentimen: negatif (100%)