Sentimen
Negatif (79%)
3 Feb 2023 : 21.26
Informasi Tambahan

Hewan: Gajah

Kasus: Narkoba

Review Babylon: Perayaan Sinema yang Liar

3 Feb 2023 : 21.26 Views 3

Detik.com Detik.com Jenis Media: Hiburan

Review Babylon: Perayaan Sinema yang Liar

Jakarta -

Tidak ada yang pernah meragukan kemampuan Damien Chazelle meskipun sampai sekarang ia masih terus membuktikan bahwa ia adalah sutradara yang kompeten. Mendapatkan penghargaan Oscar sebagai sutradara terbaik di usia yang muda seharusnya bisa membuat Chazelle agak lebih selow tapi ternyata ia masih berusaha mengeksplor kemampuannya.

Good for him karena Babylon, film terbarunya, adalah sebuah eksperimental yang sangat liar. Sebuah surat cinta kepada sinema yang sangat liar, tak terkendali tapi pada akhirnya menjadi mosaik yang indah. Apakah Anda mau terlibat ke dalamnya atau tidak, itu adalah keputusan Anda.

Settingnya ada di tahun 1926 pada saat film bisu masih jaya-jayanya sampai akhirnya sudah sirna. Jack Conrad (Brad Pitt) adalah seorang aktor film bisu yang luar biasa terkenal. Bayangkan Tom Cruise jaman sekarang atau ya Brad Pitt itu sendiri. Ia terlalu cinta dengan pekerjaannya sampai tidak bisa mempertahankan hubungan romantisnya yang selalu selesai dengan prematur.

-

-

Di tengah pesta gila-gilaan, Jack tidak tahu bahwa masa kejayaannya akan segera sirna. Manny Torres (Diego Calva) adalah seorang imigran yang di awal film bertugas untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti membawa gajah ke dalam venue pesta.

Masalahnya adalah Manny terlalu kompeten dalam tugasnya. Ia bisa melakukan apa saja dari membawa gajah dari jalanan yang berkelok-kelok sampai menjemput kamera saat matahari sudah mau terbenam. Tidak mengherankan jika kelak ia dengan mudah naik ke jajaran eksekutif di studio film.

Di pesta yang melibatkan gajah dan tumpukan narkoba tersebut, Many bertemu dengan Nellie LaRoy (Margot Robbie), seorang aspiring actor yang dari awal sudah sadar benar bahwa suatu hari ia akan menjadi bintang. Di lantai dansa ia memang mempunyai kemampuan yang tak terkira dalam menarik pandangan mata.

Tapi apakah ia bisa melakukannya di depan kamera? Ternyata bisa. Tidak butuh waktu yang lama bagi Nellie LaRoy untuk menjadi idola. Meskipun pesta sebentar lagi akan usai, tidak ada salahnya dulu bersenang-senang.

Cuplikan Margot Robbie dan Diego Calva di Babylon. Foto: Dok. Ist

Meskipun Babylon memiliki DNA yang sama dengan La La Land tapi kedua film ini sangat berbeda satu sama yang lain. Kalau La La Land adalah anak yang gemar belajar dan pergi ke les setelahnya, Babylon adalah anak yang bolos sekolah kemudian pergi nyolong warung di rokok depan sekolah sambil kemudian mabuk-mabukan di pos jaga bareng pemuda karang taruna.

Tapi meskipun begitu, tidak susah bagi penonton untuk melihat bahwa kedua film yang sangat berbeda ini dibuat oleh Damien Chazelle. Menyaksikan Babylon adalah menyaksikan bagaimana seorang pembuat film memaksimalkan bujet yang ada. Setelah melihat berbagai film blockbuster yang mahal menghabiskan separuh dananya untuk membuat CGI yang terlibat medioker, menonton Babylon rasanya seperti sebuah hadiah.

Lihat bagaimana Chazelle bekerja sama dengan semua kepala departemen untuk menghadirkan visual yang megah. Kamera bergerak liar kesana-kemari seolah kesurupan sementara setiap orang yang ada di frame terlihat jelas melakukan apa. Mereka semua didandani dengan spesifik, bergerak mengikuti arahan Chazelle, berbaur dengan dekorasi dan desain produksi yang paten.

Kalau pembukaannya yang gila-gilaan selama setengah jam tidak membuat Anda menganga, kemungkinan besar sisa durasi filmnya tidak akan menyentuh Anda. Dengan durasi yang sangat berat (189 menit), Damien Chazelle bersama editor Tom Cross mengisinya dengan momen-momen yang sungguh menarik untuk disimak.

Kalau Anda pecinta film, menyaksikan Jack, Manny dan Nellie bergelut dalam hiruk pikuk pembuatan film pasti akan membuat Anda
tersenyum penuh kesenangan. Dan Chazelle memberikan segalanya. Dari betapa serunya membuat film sampai bagaimana proses pembuatan film bisa membuat semua orang yang terlibat stres.

Dari pembukaannya yang tiada henti, Babylon dari awal sudah menegaskan bahwa ia tidak akan bermain sopan. Hampir tidak ada momen subtle dalam film ini. Semuanya langsung di depan muka, berteriak penuh keseruan. Keliaran itu akhirnya membuat momen-momen subtil yang dibuat Chazelle jadi lebih mengena.

Cuplikan adegan di film Babylon (2023). Foto: Dok. Ist

Seperti bagaimana Jack mendapatkan informasi bahwa partner kerjanya meninggal dunia (yang mengindikasikan bahwa karirnya sebagai aktor film bisu akan menemui akhir) atau seperti ketika Nellie berdebat dengan Manny di akhir film. Aktor-aktor dalam Babylon tahu benar jenis film apa yang mereka sedang buat sehingga sangat menyenangkan melihat Brad Pitt, Margot Robbie dan
terutama pendatang baru Diego Calva, memainkan peran ini dengan antusiasme yang edan.

Seperti halnya nama kota (atau kerajaan?) yang dijadikan judul film ini, semua kesenangan yang penonton saksikan di dua jam setengah awal akhirnya akan selesai juga. Setengah jam terakhir Babylon adalah sebuah potongan gambar yang menyedihkan. Bagi karakter-karakter ini, perjalanan mereka memang sudah selesai.

Tapi seperti yang kita tahu, waktu terus berjalan dan Chazelle menunjukkan betapa akhir suatu era melahirkan era-era baru yang tidak kalah menyenangkannya. Babylon pada akhirnya tidak hanya berhasil mengundang penonton untuk mengingat masa lalu tapi juga menatap masa depan dengan harapan. Karena itulah, menyaksikan film ini di bioskop adalah sebuah pengalaman sinematik yang tidak akan pernah Anda lupakan.

Babylon dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

Simak Video "Deretan Sikap Aneh Cara Delevingne yang Jadi Sorotan"
[-]
(ass/ass)

Sentimen: negatif (79.9%)