The Fed Bikin Investor Optimis, Bursa Asia Dibuka Cerah
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menghijau pada perdagangan Kamis (2/2/2023), di mana investor menyambut baik dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang sudah sesuai dengan prediksi.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,25%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,9%, Shanghai Composite China naik 0,18%, ASX 200 Australia bertambah 0,52%, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1,1%.
Namun untuk indeks Straits Times Singapura pada hari ini dibuka melemah 0,4%.
Dari Korea Selatan, inflasi pada periode Januari 2023 dilaporkan kembali meningkat. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) terpantau naik menjadi 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari posisi bulan sebelumnya sebesar 5%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Ginseng bulan lalu juga naik menjadi 0,8%, dari sebelumnya sebesar 0,2% pada Desember 2022.
Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) memprediksi inflasi akan cenderung bertahan di kisaran 5% pada Februari 2023. BoK menambahkan bahwa tekanan ke atas pada harga komoditas internasional dapat meningkat jika pembukaan kembali ekonomi China memicu permintaan.
Inflasi yang meningkat dengan keras memperkuat peringatan Gubernur BoK, Rhee Chang-yong setelah kenaikan suku bunga bulan lalu bahwa pasar tidak boleh terburu-buru mengakhiri siklus pengetatan saat ini.
"Angka inflasi mengejutkan, tetap saja, harga produk tumbuh pada kecepatan yang lebih moderat dan biaya layanan mungkin mengikuti karena cenderung berada di belakang tren ekonomi," kata Cho Yong-gu, ahli strategi di Shinyoung Securities, dikutip dari Bloomberg.
Pada pertemuan kebijakan mereka tanggal 13 Januari lalu, sebagian besar anggota dewan BoK terlihat berhati-hati tentang kenaikan suku bunga tambahan, meskipun dewan memilih pada hari itu untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,50%.
Di lain sisi, pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung sejalan dengan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang juga ditutup cerah kemarin, setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunganya sesuai ekspektasi pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,02%, S&P 500 melesat 1,05%, dan Nasdaq Composite melejit 2%.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% - 4,75%. Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.
Keputusan bulat oleh para peserta Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) itu sejalan dengan ekspektasi pasar keuangan.
Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap restriktif untuk beberapa waktu dan bahwa para pejabat akan memerlukan bukti yang jauh lebih banyak untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang menurun ke target 2%.
"Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu," kata The Fed dalam pernyataannya.
Sebagai tanda bahwa akhir siklus kenaikan mungkin sudah terlihat, komite menyatakan tingkat kenaikan suku bunga mendatang akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk pengetatan kumulatif kebijakan moneter. Itu sebelumnya mengikat laju peningkatan di masa depan dengan faktor-faktor tersebut.
The Fed juga mencatat meski inflasi sudah jauh melandai, tetapi masih cenderung tinggi, menunjukkan pembuat kebijakan semakin yakin bahwa tekanan harga telah mencapai puncaknya.
Pada pertemuan Desember 2022, para pejabat The Fed memproyeksikan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga jika telah mencapai 5%. Namun pelaku pasar memperkirakan bahwa mereka akan mulai berhenti menaikkan suku bunga sedikit di bawah level tersebut.
Para pejabat The Fed telah mengatakan bahwa data inflasi Oktober, November dan Desember 2022 yang stabil merupakan berita yang disambut baik, namun mereka masuk perlu menantikan lebih banyak data lagi, terutama terkait data ketenagakerjaan.
Kemarin, data lowongan pekerjaan AS secara tak terduga naik pada Desember 2022, menjelang perilisan laporan komprehensif Departemen Tenaga Kerja tentang gaji nonpertanian untuk periode Januari 2023 yang akan dirilis pada Jumat besok.
Lowongan kerja tercatat meningkat 572.000 menjadi 11,0 juta pada hari terakhir Desember, sebagaimana dikatakan oleh Departemen Tenaga Kerja AS dalam Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja bulanan, atau laporan JOLTS, Rabu lalu.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan adanya 10,250 juta lowongan pekerjaan per Desember 2022.
Sementara itu, aktivitas manufaktur di AS pada Januari 2023 dilaporkan kembali berkontraksi, bahkan lebih dari yang diperkirakan.
Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada purchasing manager's index (PMI) versi ISM turun menjadi 47,4, dari sebelumnya pada Desember 2022 di angka 48,4.
Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam kembali berkontraksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya adalah kontraksi sementara di atasnya ekspansi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)
Sentimen: negatif (98.4%)