Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akhirnya buka suara terkait dengan penghematan fiskal seiring dengan adanya pembagian beban (burden sharing) antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI).

Sri Mulyani menghitung penghematan anggaran fiskal pemerintah mencapai Rp 29 triliun hingga Rp 30 triliun dari total burden sharing sebesar Rp 1.104,85 triliun yang dilaksanakan selama status darurat pandemi. Angka ini mencakup burden sharing dari skema Surat Keputusan Bersama (SKB) I-III.

"Tapi ini kan bergerak dengan policy rate naik iya per tahun antara Rp 29-30 triliun. Range-nya sangat tergantung pergerakan yang disampaikan pak Gubernur karena ini surat berharga seluruhnya tradeable dan jangka waktunya 5-8 tahun yang kita terbitkan untuk Covid," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers KSSK, Selasa (31/1/2023).

-

-

Adapun, dalam SKB I, suku bunga SBN yang dibeli BI mengacu pada pasar. Di SKB II, yield yang berlaku sebesar 7% dan semuanya ditanggung BI, yakni Rp 397,56 triliun.

Untuk SKB III yang berlaku pada 2021 dan 2022, bunga yang ditetapkan sama dengan biaya operasi moneter. Nilai yang ditanggung BI sebesar Rp 439 triliun sepanjang 2021-2022.

"Dulu waktu (suku bunga BI) 3,5% ya biaya fiskal 3,5% penghematanya 3,5% dibanding suku bung pasar jadi penghematan fiskal 7-3%," papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam kesempatan yang sama.

Saat ini, suku bunga BI mencapai 5,76% dan suku bunga fiskal dari imbal hasil SBN di pasar sekarang mencapai 6-7%. Jika dikurangi, maka penghematan dari sisi yield yang sebenarnya harus ditanggung pemerintah 0,24%-1,2%.

Sebagai catatan, burden sharing yang dilakukan BI dan pemerintah dilakukan dalam rangka menopang pembiayaan program pemulihan Covid-19, Program Penanganan Covid-Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) 2020-2022.

[-]

-

Asing Kembali Masuk ke RI, Borong SBN Rp9,72 T
(haa/haa)