Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: pencurian, korupsi
Tokoh Terkait
Harta Taipan Terkaya Asia Lenyap Rp 433 T Sepekan, Kok Bisa?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekayaan crazy rich India, Gautam Adani, menguap US$ 28,9 miliar atau setara Rp 433,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500/US$) dalam sepekan karena kinerja buruk saham miliknya yaitu konglomerat bisnis raksasa India, Adani Group.
Melansir data Forbes Real Time Billionaire, kekayaan Gautam Adani saat ini tercatat senilai US$ 96,7 miliar (Rp 1.450,5 triliun), turun dari posisi Selasa (24/1) pekan lalu yang masih mencapai US$ 126,6 miliar (Rp 1.884 triliun). Akibat penurunan tersebut Adani terpaksa turun empat peringkat ke posisi tujuh orang terkaya di dunia, dengan pendiri Amazon Jeff Bezos, pendiri Google Larry Page, investor kawakan Warren Buffet dan pendiri Microsoft Bill Gates menyalip posisi Adani.
Turunnya harta kekayaan Adani terjadi karena anjloknya harga saham sejumlah perusahaan miliknya yang tergabung dalam Adani Group sejak Rabu (25/1) pekan lalu pasca dirilisnya laporan oleh Hindenburg Research yang menuduh kerajaan bisnis yang dikendalikan Gautam Adani melakukan manipulasi saham.
Sejak Selasa (24/1) atau sehari sebelum laporan Hindenburg dirilis, saham Adani Grup Ambruk berjamaah. Mengutip data Refinitiv, dalam empat hari perdagangan hingga akhir pekan lalu, enam dari delapan perusahaan yang terafiliasi dengan Adani Grup mengalami pelemahan di rentang 20% hingga 27%. Sementara itu dua perusahaan publik Adani lainnya, Adani Wilmar dan Adani Power, bernasib sedikit lebih baik, meski demikian tetap melemah sekitar 10%.
Foto: Refinitiv
Kinerja Saham Grup Adani
Pelemahan ini ikut menyeret kinerja indeks acuan India, Nifty 50, yang dalam periode yang sama mengalami pelemahan 2,84%. Hal ini karena dua perusahaan Grup Adani yakni Adani Enterprise dan Adani Port and SEZ merupakan konstituen dari Nifty 50 yang masing-masing melemah 20% dan 22%.
Secara total kapitalisasi pasar Adani Grup menguap US$ 51 miliar (Rp 765 triliun) pekan lalu.
Sejumlah pelaku pasar ikut menyalahkan manajer hedge fund AS Bill Ackman atas aksi jual besar-besaran pekan lalu karena dirinya yang juga sering menggunakan strategi short selling menyuarakan dukungan atas laporan Hindenburg.
Bill Ackman, yang mengaku dirinya tidak melakukan shorting di perusahaan Adani mana pun, mengatakan bahwa menurutnya laporan Hindenburg "sangat kredibel dan diteliti dengan sangat baik."
[Gambas:Twitter]
Dituduh Manipulasi Saham
Hindenburg Research, hedge fund dengan strategi short selling yang sebelumnya sempat menginvestigasi sejumlah perusahaan SPAC dan kripto, kini membidik taipan terkaya sebagai sasaran baru. Pada Rabu (25/1) pekan lalu, tepat saat pasar saham India dibuka, Hindenburg mengeluarkan laporan panjang yang mengklaim bahwa Adani melakukan "penipuan terbesar dalam sejarah perusahaan."
Dalam laporannya, Hindenburg menuduh Adani Group melakukan "manipulasi saham dan bersekongkol melakukan penipuan akuntansi" yang telah dijalankan selama beberapa dekade. Penipuan dan persekongkolan tersebut, menurut Hindenburg, sebagian dilakukan melalui labirin perusahaan cangkang. Laporan tersebut juga mencatat bahwa Grup Adani sebelumnya telah diselidiki atas tuduhan korupsi, pencucian uang, dan pencurian dana pembayar pajak oleh otoritas terkait di India.
Tuduhan ini datang bertepatan dengan upaya Grup Adani melakukan penggalangan dana segar baru pada 27 Januari. Adani Enterprises akan meluncurkan penawaran saham sekunder publik terbesar di India sebesar US$ 2,5 miliar (Rp 37,5 triliun) untuk mendanai belanja modal dan melunasi sejumlah utang. Penawaran tersebut dilakukan dengan kredit pembayaran di muka 50% dan sisanya akan dilunasi di tanggal yang ditentukan kemudian.
Melansir Reuters, dalam penawaran tersebut muncul 33 nama investor strategis yang dipimpin oleh Maybank Malaysia dan termasuk entitas yang terkait serta Goldman Sachs Morgan Stanley dan Citigroup. Berempat, perusahaan tersebut mengambil sekitar US$ 734 juta dalam bentuk saham yang baru diterbitkan.
Keluarga Adani, yang memiliki 73% saham perusahaan tidak mengikuti aksi korporasi ini karena tujuan utamanya adalah untuk menyambut investor baru dan mendanai belanja modal.
Jugeshinder Singh, kepala keuangan Adani Group, pekan lalu mengatakan pihaknya "terkejut" dengan laporan Hindenburg dan menyebutnya sebagai "kombinasi berbahaya dari informasi yang salah dan tuduhan tidak berdasar."
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Erick Thohir Bertemu Orang Terkaya Nomor 3 Dunia, Ada Apa?
(fsd/fsd)
Sentimen: negatif (99.9%)