Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Bank Mandiri
Event: Premier League
Kasus: PHK
Tokoh Terkait
Menerka Prospek Investor Danai Startup Usai Gelombang PHK
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan di perusahaan rintisan alias startup tengah muncul di publik. Mulai dari Zenius, LinkAja, JD.ID, hingga yang teranyar Mobile Premier League (MPL).
Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) melihat gelombang PHK karyawan startup terjadi karena perusahaan mulai kesulitan modal dari investor. Padahal, startup sangat bergantung pada dana investor untuk 'bakar duit' guna menarik pasar dan mengembangkan bisnis mereka.
"Kalau tidak ada modal atau injeksi dari investor, mereka sulit untuk terus menjalankan aktivitasnya," ungkap Sekretaris Jenderal Amvesindo Eddi Danusaputro kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/5).
"Masalahnya saat ini, investor lebih selektif, pilih-pilih ke startup yang mana (yang ingin didanai)," lanjutnya.
Menurutnya, investor mulai selektif karena kondisi ekonomi global dan nasional mulai tidak tentu. Salah satunya karena bank-bank sentral dari berbagai negara di dunia berencana menaikkan tingkat suku bunga acuan mereka.
"Terjadi pergerakan di dunia makro, suku bunga naik, likuiditas berkurang, jadi memang investor itu lebih selektif," katanya.
Kondisi ini membuat satu per satu investor startup mulai mengurangi pendanaan kepada perusahaan. Bahkan, ada pula yang menyetop suntikan.
"Jadi modal yang mereka miliki harus 'dipanjangin', dari yang tadinya mungkin cukup untuk enam bulan jadi harus cukup untuk 12 bulan. Istilahnya runway-nya diperpanjang," terangnya.
Ketika modal harus dihemat, maka jalan utama yang cenderung dilakukan adalah efisiensi, termasuk mengurangi jumlah karyawan lewat PHK. Maka tak heran, gelombang PHK itu kini terjadi.
Lantas bagaimana prospek ke depan? Apakah investor sudah tidak mau mendanai startup lagi?
Menurut Eddi yang juga Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia (MCI), perusahaan modal ventura milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, investor tentu masih mau mendanai startup.
Termasuk para bank dan perusahaan modal ventura yang kini getol menyuntik modal ke startup. Sebab, menurutnya, bisnis startup tetap punya potensi untung ke depan asal bisa dikelola dengan optimal.
"Tetap ada growth ke depannya meski ada koreksi saat ini. Menurut saya, long term-nya ekosistem digital juga tetap menarik untuk investor. Tapi kita harus lebih cerdas memilahnya karena kita tidak bisa mengeneralisasi semua startup itu sama," jelasnya.
Dengan begitu, investor akan lebih selektif dan memperketat syarat pendanaan mereka ke startup. Misalnya, masa 'bakar duit' startup harus lebih singkat, dari yang sebelumnya boleh 8-10 tahun, kini lima tahun sudah harus untung.
"Karena startup mana pun ujungnya harus punya profitable bisnis atau road map menuju profitability, dan itu yang sekarang investor semakin tekankan," tuturnya.
MCI sendiri merupakan salah satu perusahaan yang banyak mendanai startup. Beberapa di antaranya seperti Amartha, Crowde, KoinWorks, Investree, hingga Gojek Indonesia.
Bersambung ke halaman berikutnya... Masih Potensial BACA HALAMAN BERIKUTNYASentimen: positif (91.4%)