Sentimen
Netral (50%)
20 Jan 2023 : 21.11
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tiongkok

Kasus: covid-19

Nasib Dunia & RI Semengerikan Kata Jokowi? Begini Ramalan BI

20 Jan 2023 : 21.11 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Nasib Dunia & RI Semengerikan Kata Jokowi? Begini Ramalan BI

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi global semakin melambat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, ekonomi global yang melambat disebabkan oleh fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai, serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

Selain itu pertumbuhan ekonomi global yang melambat juga disebabkan adanya koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dan disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

-

-

Demikian juga adanya penghapusan Kebijakan Nol-Covid (Zero Covid Policy) di Tiongkok atau China, diperkirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

"Secara keseluruhan, Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3% dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6%," jelas Perry dalam konferensi pers kemarin Kamis (19/1/2023).

Kendati demikian, inflasi global yang menjadi 'momok' banyak negara, terindikasi mulai berkurang sejaln dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

"Meskipun tetap di level tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa," jelas Perry lagi.

Sejalan dengan tekanan inflasi yang melandai, pengetatan kebijakan moneter di negara maju mendekati titik puncaknya, dengan suku bunga diperkirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023.

Ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. "Tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang," ujarnya.

Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai masih berlanjut didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat.

Pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bias ke atas dalam kisaran 4,5% hingga 5,3% didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan.

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5% hingga 5,3%, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

"Investasi juga diperkirakan akan membaik didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN)," jelas Perry.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa situasi perekonomian dunia sudah genting, tak terkecuali di Indonesia.

"Bahwa kita sekarang ini berada dalam kegentingan global," ucap Jokowi pekan lalu, dikutip Jumat (20/1/2023).

Oleh karena itu, Jokowi menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk bisa memahami dan memiliki perasaan yang sama, untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi situasi yang sulit.

"Kita merasa normal-normal saja, padahal keadaan semua negara, termasuk Indonesia itu berada pada kegentingan global," kata Jokowi lagi.

Kegentingan situasi global saat ini, menurut Jokowi dipicu oleh permasalahan yang terus menerpa banyak negara sejak 2022.

Permasalahan tersebut diantaranya, keberadaan pagebluk alias pandemi Covid-19 yang belum berakhir, meletusnya perang Rusia dan Ukraina - yang menyebabkan krisis energi dan pangan di banyak negara.

Hingga permasalahan tren suku bunga acuan bank sentral di banyak negara, seperti Amerika Serikat (AS), yang menimbulkan gejolak di pasar keuangan.


[-]

-

Tekanannya Terlalu Berat, IHSG Belum Sanggup Bangkit
(cap/cap)

Sentimen: netral (50%)