Bentrok Maut PT GNI Bisa Ganggu Target Investasi Rp 1.400 Triliun
Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi
Liputan6.com, Jakarta - Kasus bentrok maut di PT Gunbuster Nickel Industri (PT GNI) turut mengganggu rencana pemerintah, yang menargetkan investasi Rp 1.400 triliun di 2023. Insiden bentrok ini memakan dua korban jiwa, satu merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) dan satu lainnya tenaga kerja asing (TKA) asal China.
PT GNI merupakan perusahaan pengolahan bijih nikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah yang dimiliki pengusaha tambang asal China. Pabrik smelter PT GNI masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) di bidang hilirisasi mineral dan batubara (minerba).
Menurut kabar beredar, total TKA yang bekerja di PT GNI berjumlah 1.300 orang. Mereka hadir dan dipekerjakan untuk mentransfer ilmu kepada TKI yang berjumlah 11 ribu orang.
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai, kasus bentrokan maut di PT GNI tentunya akan berimbas pada target investasi Rp 1.400 triliun yang fokus untuk sektor hilirisasi.
"Bentrok PT GNI pasti akan ada pengaruh, tetapi akan bergantung kepada bagaimana penyelesaian yang ditempuh oleh pemerintah," ujar Piter kepada Liputan6.com, Rabu (18/1/2023).
Oleh karenanya, ia berharap pemerintah segera menyelesaikan kasus tersebut. Sehingga tidak mengganggu minat investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.
"Apabila penyelesaiannya dinilai memuaskan investor, tidak akan terpengaruh negatif. Penyelesaian yang bisa diterima semua pihak," imbuhnya.
Piter lantas berfokus pada investor asal China. Selain sebagai pihak penanam modal terbesar, ia menyebut pelaku usaha asal Negeri Tirai Bambu pastinya menanti hasil penyidikan kasus PT GNI yang telah menewaskan satu orang pekerja asal negaranya.
"Saya kira investor China masih menunggu bagaimana penyelesaiannya. Kasusnya sendiri belum akan menjadi sentimen negatif," kata Piter.
Sentimen: negatif (80%)