Review Film: Yuni
CNNindonesia.com Jenis Media: Hiburan
Jakarta, CNN Indonesia --
Film Yuni menyajikan sebagian kecil kasus ketidaksetaraan gender karena budaya patriarki yang masih kental di masyarakat sebagian daerah di Indonesia.
Kamila Andini yang bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis skenario film ini mengajak penonton menelan kenyataan pahit menjadi seorang perempuan di sebagian daerah Indonesia lewat remaja bernama Yuni (Arawinda Kirana).
Remaja yang sederhana ini dituntut untuk memenuhi ekspektasi lingkungan yang memegang kuat kultur patriarki.
Film ini menyajikan realitas itu dengan sangat eksplisit dan mudah dipahami walau dialognya dibawakan dalam bahasa daerah Jawa-Serang, sesuai dengan lokasi syuting filmnya.
Secara garis besar, Yuni yang terinspirasi dari kisah nyata ini membingkai fenomena diskriminasi terhadap perempuan akibat budaya patriarki. Salah satunya dalam praktik pendidikan.
Yuni yang dikisahkan memiliki prestasi akademis cemerlang mendadak bermasa depan suram kala seorang lelaki yang tak ia kenal melamarnya.
Situasi itu menempatkan Yuni dalam kondisi pelik. Bagi masyarakat tempat Yuni dilahirkan, pamali bagi seorang perempuan menolak lamaran karena dianggap akan membawa malapetaka.
Sehingga, Yuni dipaksa oleh masyarakat untuk mengikuti 'aturan' tersebut meski keluarga intinya membebaskan remaja perempuan itu untuk tetap bersekolah.
Narasi ini tidak jauh beda dengan kenyataan yang saya hadapi, ketika suara-suara sumbang berisi perempuan tidak wajib memiliki pendidikan tinggi karena hanya memiliki 'nasib' menikah dan mengurus rumah tangga.
Ketidakadilan atas pemenuhan hak pendidikan untuk perempuan juga digambarkan jelas oleh Kamila Andini melalui Kepala Sekolah yang menghalangi guru Yuni, Bu Lies (Marissa Anita), dalam mendorong siswi itu mengejar pendidikan yang lebih tinggi.
Kamila Andini seolah memberikan kritikan bahwa hak untuk memperoleh pendidikan antara laki-laki dan perempuan masih belum setara di Indonesia.
Review Yuni lanjut ke sebelah..
Review Film: Yuni BACA HALAMAN BERIKUTNYA
Sentimen: negatif (88.3%)