Pengamat sepak bola nasional Kusnaeni berpendapat bahwa ketua umum PSSI 2023-2027 harus mampu membuat tempat pemusatan latihan dan organisasi yang mandiri secara finansial.

"Organisasi ini belum bisa mandiri secara finansial. Masih butuh dukungan pemerintah. Bukan pemerintah mau ikut campur tapi karena organisasi ini belum bisa mengurus dirinya sendiri," kata Kusnaeni kepada CNNIndonesia.com.

"Berpuluh-puluh tahun training ground itu tidak punya. Ketua umum yang baru harus membawa organisasi ini seperti seharusnya. FIFA dan AFC bisa menghidupi dirinya sendiri dan PSSI juga harus biasa. Ada puluhan juta masyarakat yang cinta sepak bola," ujarnya menambahkan.

-

-

Menurutnya, merdeka secara finansial dan training center bakal menjadi indikator keberhasilan petinggi PSSI. Ia berharap PSSI dapat menjadi organisasi teladan bagi federasi cabang olahraga lain di Indonesia.

"Organisasi ini harus jadi percontohan betapa olahraga bisa mandiri. Itu yang belum pernah dilakukan oleh pengurus sebelumnya, termasuk Iwan Bule," ucapnya.

Melirik peta persaingan bursa calon ketua umum PSSI, Kusnaeni menganggap kontestasi menuju kursi nomor satu badan sepak bola nasional sebagai momen yang menarik lantaran bakal calon ketua umum, wakil ketua umum, hingga Exco diisi oleh orang-orang dengan berbagai pengalaman di level yang tinggi.

"Ada mantan ketua komite olimpiade yang sudah menjabat beberapa kursi hingga menteri mau turun ke situ [menyalonkan diri di PSSI]. Ada juga ketua lembaga tinggi negara, ketua DPD, juga mau berpartisipasi sebagai kandidat," kata dia.

"Itu artinya ini begitu penting dan luar biasa sehingga tokoh sekaliber itu mau mencalonkan diri. Karena sebegitu penting, makanya kriteria ketua PSSI itu berat," ujarnya menambahkan.

Pendaftaran bakal calon ketua umum PSSI periode 2023-2027 resmi ditutup pada Senin (16/1) pukul 18.00 WIB. Terdapat beberapa kejutan yang hadir dalam proses pemilihan.

Sudah ada lima nama yang resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSSI periode 2023-2027. Mereka adalah La Nyalla Mattalitti, Erick Thohir, Doni Setiabudi, Arif Putra Wicaksono, dan Fary Djemy Francis.

[-]