Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UNHAN
Kab/Kota: Beijing
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Asia Tenggara Jadi Kunci China Geser Patron Ekonomi Dunia
Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi
Liputan6.com, Jakarta Konflik geopolitik Rusia vs Ukraina kini melebar ke perselisihan antara Amerika Serikat dan China. Medan perangnya pun bukan hanya di Eropa saja, tapi juga sudah bergeser tempat ke Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk dalam hal ekonomi.
Guru Besar Emeritus Universitas Pertahanan, AM Hendropriyono mencatat, NATO tengah berupaya menciptakan perdamaian di Eropa, dengan menyeimbangkan daya tempur lewat dukungan penuh Amerika Serikat (AS) dan bangsa Barat ke Ukraina, sambil mengalihkan perhatian China agar tidak memberikan bantuan militer kepada Rusia.
Situasi itu membuat adanya usaha pergeseran geopolitik dari benua Eropa ke benua Asia. Dalam hal ini, kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur dijadikan medan perang pengganti, sebagai langkah geostrategi dari berbagai alternatif cara bertindak terbaik.
Hendropriyono mencontohkan, itu tergambar lewat sengketa kedaulatan yang kronis antara Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan yang menuntut perbatasan laut mereka di Laut China Selatan (LCS). Itu kemudian menjadi akut pada 2019 karena terlibatnya China.
"Indonesia yang semula juga tidak terlibat menjadi terlibat, karena China menuntut perbatasan lautnya 90 persen mutlak di wilayah LCS dalam 9 garis putus-putus, sehingga menindih batas ZEE (Zone Ekonomi Eksklusif) dan beririsan langsung dengan batas perairan kepulauan Natuna Indonesia," ujarnya, Kamis (12/1/2023).
Di sisi lain, ia melanjutkan, Amerika Serikat ikut terlibat memaksa China fokus pada sengketa di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Sehingga lebih memikirkan proyeksi kekuatan militernya di dua kawasan itu daripada berpikir untuk membantu Rusia di medan perang Eropa.
Namun, China dengan kekenyalan strateginya pada konflik Laut China Selatan lantas berhasil menentramkan kegusaran Indonesia.
Sehingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden G20 dan calon Ketua ASEAN 2023 kemudian bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada 26 Juli 2022 di Beijing.
Sentimen: negatif (96.2%)