Sentimen
Negatif (79%)
11 Jan 2023 : 16.48
Tokoh Terkait

Armada Hantu Putin, Bisa Lolos Sanksi AS & Dapat Cuan Jumbo

11 Jan 2023 : 16.48 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Armada Hantu Putin, Bisa Lolos Sanksi AS & Dapat Cuan Jumbo

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan sekutu terus berupaya melemahkan Rusia melalui berbagai sanksi yang diberikan. Tetapi nyaris setahun perang Rusia-Ukraina pecah perekonomian Rusia masih kuat.

Beberapa pekan setelah perang dimulai akhir Februari lalu, Amerika Serikat dan sekutu memberikan sanksi ke sektor energi Rusia. Minyak mentah dan gas alam merupakan komoditas ekspor utama Rusia, ketika disanksi maka pendapatan negara menjadi merosot dan tidak bisa mendanai perang.

Eropa yang merupakan sekutu Amerika Serikat dilarang mengimpor minyak mentah maupun gas alam dari Rusia. Tetapi nyatanya pendapatan dari ekspor komoditas energi negara yang dipimpin Vladimir Putin ini justru melonjak, transaksi berjalan (current account) mencatat surplus hingga US$ 225 miliar pada Januari - November 2022, dua kali lipat dari tahun sebelumnya, berdasarkan estimasi bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR).

-

-

Ketika Eropa dilarang membeli minyak Rusia (Ural), penjualan pun dialihkan ke Asia. China dan India menjadi beberapa konsumen Rusia yang harga minyak mentahnya yang lebih murah ketimbang Brent atau pun West Texas Intermediate (WTI).

Pelarangan impor belum sukses menekan pendapatan Rusia, Amerika Serikat bersama G7, Uni Eropa dan Australia pada Desember lalu memberlakukan pembatasan harga minyak mentah Rusia menjadi US$ 60/barel.

Pembatasan tersebut berlaku untuk perusahaan tanker, kargo, asuransi, dan semua yang berhubungan dengan transportasi minyak Ural di negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut. Secara sederhana, perusahaan-perusahaan tersebut baru diizinkan berbisnis jika menjual harga minyak Rusia sebesar US$ 60/barel atau di bawahnya.

Rusia sangat tergantung dengan perusahaan tanker asing untuk mengangkut minyaknya Secara. tidak langsung, pembatasan harga tersebut membuat Rusia kena imbasnya. Jika transportasi menggunakan perusahaan-perusahaan tersebut, maka harga minyak mentahnya harus diturunkan.

Putin tentu saja tidak tinggal diam. Rusia dikabarkan memiliki "armada hantu" atau "armada bayangan" guna mengangkut minyak mentahnya.

Braemar, perusahaan broker perkapalan sebagaimana dikutip Financial Times memberikan estimasi Rusia sepanjang 2022 menambah jumlah kapalnya lebih dari 100 melalui pembelian langsung maupun tidak langsung.

"Pembelian tanker anonim dengan jumlah yang banyak bisa dilihat dari kenaikan registrasi tanpa nama atau pembeli baru. Kapal-kapal yang dibeli berumur 12 - 15 tahun, dan diperkirakan akan dibongkar dalam beberapa tahun ke depan," kata Anoop Singh, kepala riset tanker di Braemar, sebagaimana dilansir Financial Times, Sabtu (3/12/2022).

"Para pembeli ini tidak familiar bagi kami sebagai broker lama. Kami yakin mayoritas kapal ini bertujuan ke Rusia," tambahnya.

Craig Kennedy, ahli minyak Rusia di Harvard's Davis Center juga mengatakan hal yang sama.

"Kami melihat pembelian tanpa nama dalam beberapa bulan terakhir, dan beberapa pekan setelahnya kapal tersebut muncul di Rusia untuk mengambil muatan minyak mentah pertama mereka," kata Kennedy.

Meski demikian, Rusia diperkirakan masih akan kekurangan tanker jika hanya menggunakan "armada hantu". Braemar memperkirakan ekspor Rusia akan menurun di kisaran 700.000 - 1,5 juta barel per hari.

Sementara itu, perusahaan konsultan energi Rystad mengatakan Rusia sepanjang 2022 menambah 103 tanker, tetapi masih akan kekurangan sekitar 60 sampai 70 tanker, dan ekspornya akan turun 200.000 barel per hari.

Tersendatnya pasokan dari Rusia diperkirakan akan kembali mengerek harga minyak mentah, yang tentunya juga menguntungkan bagi Rusia. Pun demikian, jika Rusia menggunakan jasa tanker perusahaan Eropa dengan harga US$ 60 per barel, Rusia juga masih untung.

Situs Oil Price melaporkan harga impas minyak Rusia sebesar US$ 40 barel, sehingga dengan pembatasan sebesar US$ 60 per barel, untung yang diperoleh juga cukup besar.


[-]

-

Utang Luar Negeri RI Menyusut, China & AS Sisa Segini
(pap/pap)

Sentimen: negatif (79%)