The Fed Tetap Keras dan Tegas! Rupiah Terpuruk Jeblok Lagi?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin. Sempat menguat di awal perdagangan, jebloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat rupiah berbalik melemah hingga menyentuh Rp 15.600/US$.
Pada penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 15.570/US$, melemah tipis 0,03%. Pergerakan yang sama berisiko terjadi lagi pada perdagangan Rabu (11/1/2023). Tetapi jika IHSG mampu menguat, artinya sentimen pelaku pasar membaik, dan peluang penguatan rupiah lebih besar.
Apalagi indeks dolar AS masih tertahan di dekat level terendah sejak Juni 2022, meski ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell kembali menegaskan komitmennya untuk menurunkan inflasi.
"Stabilitas harga adalah bantalan utama bagi ekonomi yang sehat dan memungkinkan masyarakat mendapatkan keuntungan yang tak terhitung dari waktu ke waktu," tutur Powell, dalam pidatonya di Riskbank Conference Selasa kemarin dikutip dari CNBC International.
Powell menambahkan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi bisa berdampak buruk ke pertumbuhan ekonomi AS.
"Memulihkan stabilitas harga saat inflasi tinggi membutuhkan upaya yang mungkin tidak populer dalam waktu dekat karena bisa memperlambat ekonomi," imbuhnya.
Pernyataan hawkish The Fed mengindikasikan jika mereka masih akan menaikkan suku bunga ke depan. Tetapi indeks dolar AS cuma naik 0,23% saja, sehingga peluang penguatan rupiah cukup besar.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah masih cukup jauh dari Rp 15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Namun, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.
Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak mendatar dekat wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
Stochastic yang belum mencapai jenuh jual memberikan ruang penguatan rupiah yang lebih besar.
Support terdekat kini berada di kisaran Rp 15.550/US$ - Rp 15.530/US$., jika ditembus ada peluang rupiah menguat ke Rp 15.500/US$, sebelum menuju Rp 15.450/US$
Sementara selama tertahan di atas support, ada risiko rupiah melemah ke Rp 15.600/US$ sebelum menuju Rp 15.630/US$ hingga Rp 15.650/US$.
[-]
-
Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD
(pap/pap)
Sentimen: negatif (76.2%)