IHSG Ambruk Karena China, Rupiah Jadi Melemah Lagi!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/1/2022). Di awal perdagangan rupiah sebenarnya sempat menguat 0,29%, tetapi ambruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut menyeret rupiah hingga sempat menyentuh Rp 15.600/US$.
Pada penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 15.570/US$, melemah tipis 0,03% melansir data Refinitiv.
IHSG siang tadi sempat jeblok hingga 1,4% ke 6.570, level terendah dalam 7 bulan terakhir.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan sentimen kaburnya investor dari pasar saham dipicu oleh pembukaan kembali ekonomi di reopening atau pembukaan kembali China.
Hal ini memang akan memberikan dampak yang positif bagi ekonomi dan ekspor Indonesia pada jangka panjang.
"Namun pada jangka pendek, kemungkinan besar reopening di China bisa justru menyebabkan arus modal keluar dari equity dan bond markets ASEAN yang performanya relatif bagus tahun lalu," kata Satria kepada CNBC Indonesia.
Dalam hal ini, Satria melihat investor asing terutama di exchange-traded funds (ETF) keluar dari Indonesia untuk membeli aset China yang masih dianggap undervalued, atau murah secara valuasi.
Sementara itu, pasar masih menanti pidato ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mencari petunjuk apakah laju kenaikan suku bunga akan dikendurkan setelah beberapa data ekonomi menunjukkan pelambatan. Hal ini membuat rupiah masih sulit menguat meski indeks dolar AS jeblok.
Seperti diketahui sepanjang 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.
Pada 2023, The Fed Sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebelulan berselang hingga menjadi 5% - 5,25%. Itu kan menjadi level puncak suku bunga di Amerika Serikat, tersirat dari Fed dot plot yang dirilis Desember lalu.
Namun, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret, sehingga puncaknya menjadi 4,75% - 5%.
Probabilitas kenaikan 25 basis poin pada Februari sebesar 80,2% dan pada Maret 69,7%.
The Fed sebelumnya juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024. Tetapi, dengan data ekonomi AS yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan, pelaku pasar melihat peluang The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat.
Perangkat FedWatch menunjukkan suku bunga bisa dipangkas di akhir 2023.
"Banyak orang melihat Fed funds futures dan sepertinya akan ada satu kenaikan di Februari dan kemungkinan pemangkasan pada akhir tahun. Itu menurut saya akan menguatkan jalan bagi pelaku pasar untuk menjual dolar AS." kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD
(pap/pap)
Sentimen: negatif (93.4%)