Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Unilever
BUMN: BNI, BRI, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Bank Mandiri
Kasus: Zona Hijau
Tokoh Terkait
Sentimen Global Bikin IHSG 'Babak Belur' Pekan Ini
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa pasar ekuitas dalam negeri kembali suram tercermin dari terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang pekan ini. Sentimen global yang tidak kondusif membuat investor asing menjual saham-saham big caps.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut terkoreksi 0,17% secara point-to-point(ptp), setelah pekan lalu sempat melesat 1,45% secara mingguan.
Perdagangan pekan ini cukup volatil, di mana pada awal pekan IHSG tertekan karena sentimen global yang kurang kondusif. Lalu, pada perdagangan Rabu dan Kamis, IHSG sukses reli, sebelum akhirnya terkoreksi pada perdagangan akhir pekan, Jumat (23/12/22) sebesar 0,35% ke 6.800,673.
Dengan begitu, IHSG hanya mampu terparkir di zona hijau selama dua hari perdagangan pekan ini.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 15,133 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 2,25 triliun di pasar reguler sepanjang pekan ini.
Terkoreksinya IHSG disinyalir karena investor asing ramai-ramai menjauhi pasar saham dalam negeri karena sentimen global tidak kondusif. Potensi resesi di AS kembali meningkat setelah bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps.
Hal tersebut memang sejalan dengan prediksi pasar, tapi Ketua Fed Jerome Powell masih mengindikasikan bahwa akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga tahun depan. Suku bunga acuan The Fed diprediksi akan berada di kisaran 5%-5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.
Saat tingkat suku bunga tinggi, biaya pinjaman akan meningkat, sehingga perusahaan-perusahaan yang meminjam dari bank akan merasa terbebani oleh biaya yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan laba perusahaan melambat, sehingga kinerja saham perbankan finansial ikut terpengaruh.
Sejalan dengan kurang kondusifnya sentimen global, membuat para investor pun melepas saham-saham big caps.
Berikut saham-saham big cap 10 besar yang terkoreksi pada pekan ini.
Emiten
Kode Saham
Harga Terakhir
Perubahan Harga sepekan (%)
Adaro Energy Indonesia
ADRO
3.810
-2,06%
Astra International
ASII
5.675
-1,73%
Bank Rakyat Indonesia
BBRI
4.880
-2,01%
Unilever Indonesia
UNVR
4.820
-1,03%
Telkom Indonesia
TLKM
3.780
2,72%
Chandra Asri Petrochemical
TPIA
2.490
-0,40%
Bank Central Asia
BBCA
8.500
-1,16%
Bank Negara Indonesia
BBNI
9.325
-4,85%
Bank Mandiri
BMRI
9.925
-1,73%
Bayan Resources
BYAN
18.575
33,15%
Saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham PT Bank Negara Indonesia Tbk(BBNI) dengan net sell Rp 269,98 miliar. Akibatnya, harga saham BBNI jatuh 4,85% dalam sepekan.
Investor asing juga jual bersih saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar Rp 142.3 miliar dalam sepekan.
Sementara, hanya saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang sukses menguat dalam sepekan.
Namun, IHSG sempat menguat selama dua hari perdagangan pekan ini, setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps.
Keputusan tersebut sejalan dengan prediksi para pelaku pasar. Hasil survei Reuters menunjukkan BI juga akan mengendur dengan menaikkan 25 basis poin menjadi 5,5%. Konsensus yang dihimpun Trading Economics pun sama.
Konsensus yang dihimpun TIM Riset CNBC Indonesia juga menunjukkan suku bunga akan dikerek 25 basis poin. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 12 lembaga/institusi memperkirakan hal tersebut, sementara dua lainnya melihat suku bunga akan dinaikkan 50 basis poin.
Dengan kenaikan kali ini maka, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 200 bps hanya dalam waktu lima bulan, masing-masing sebesar 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, 50 bps pada Oktober, dan 50 bps pada November dan 25 bps pada Desember.
Para pelaku pasar sudah price-in terhadap kenaikan suku bunga BI, sehingga IHSG pun sukses reli selama dua hari beruntun pada perdagangan pekan ini.
Meski begitu, angin segar dari dalam negeri tampaknya belum mampu mengalahkan sentimen global yang suram, sehingga IHSG pun masih tertekan dalam sepekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Ini Penyebab IHSG Anjlok 1,12% Hingga Tinggalkan Level 7.100
(aaf/aaf)
Sentimen: negatif (88.7%)