BOS Ducati Corse, Davide Tardozzi mengatakan kehadiran Francesco Bagnaia membuat tim jadi lebih harmonis. Hal itu disebutkan karena Pecco (julukan Francesco Bagnaia) mampu menyatukan Ducati Lenovo, yang sempat kehilangan harapan di awal musim.
Menurutnya, hal tersebut berbanding terbalik dengan Fabio Quartararo. Ia menyinggung Fabio Quartararo tampil individual di Yamaha Monster Energy selama MotoGP 2022.
Seperti diketahui, Ducati menikmati kesuksesan besar di MotoGP 2022. Mereka meraih triple crown dengan Pecco -sapaan Bagnaia- merengkuh gelar juara dunia.
Namun, perjuangan pembalap asal Italia itu untuk menyabet titel MotoGP pertamanya tidak mudah. Dia sempat tertinggal 91 poin dari sang juara bertahan, Fabio Quartararo.
Kendati demikian, rider 25 tahun itu tak menyerah. Dia yakin masih ada peluang untuk bisa menyalip pembalap asal Prancis itu.
Hasilnya pun luar biasa. Pecco akhirnya bisa mengembalikan keadaan dan menutup musim dengan keunggulan 17 poin dari rivalnya itu dan mencatatkan comeback terhebat sepanjang sejarah MotoGP.
Follow Berita Okezone di Google News
"Ketika saya tertinggal 91 poin, ada satu titik ketika saya cukup sedih, frustrasi, dan kesal pada diri saya sendiri. Tapi sejak saat itu saya pikir masih ada peluang dan kemudian muncul perubahan mental," kata Francesco Bagnaia dilansir dari Speedweek.
Davide Tardozzi pun membenarkan bahwa Francesco Bagnaia yang membuat timnya tak kehilangan harapan. Dia merespon ketertinggalan itu dengan menyatukan timnya dan membuat mereka percaya bisa melakukannya.
"Saat Anda melihat -91 poin di layar, itu cukup melemahkan semangat. Kejuaraan telah usai. Fabio sepertinya tak terbendung. Jelas dia (Bagnaia) yang pertama bereaksi, yang pertama menyatukan tim dan membantu kita semua percaya itu bisa dilakukan," ujar Davide Tardozzi.
Saudara perempuan Pecco yang juga asisten pribadi dan manajer medianya, Carola Bagnaia, juga membenarkan hal itu. Ia menyebut Pecco tidak pernah berpikir bahwa harapannya untuk juara sudah pupus ketika tertinggal jauh dari El Diablo (julukan Quartararo).
"Jelas dia tidak pernah berpikir ini sudah berakhir, tapi dia pikir sudah waktunya untuk berhenti memikirkan gelar dan melihat bagaimana kelanjutannya," pungkas Carola.