SBN RI Dilepas Investor, Yieldnya Naik
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (20/12/2022), di mana investor cenderung wait and see menanti kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada Kamis pekan ini.
Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan.
Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini yakni naik 3,1 basis poin (bp) ke posisi 6,904%.
Namun untuk yield SBN tenor 15 dan 20 tahun cenderung stagnan masing-masing 6,767% dan 7,125%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pada pekan ini, BI akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya, di mana investor menantinya sehingga mereka cenderung wait and see.
Konsensus analis Trading Economics memprediksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp dan mengirim tingkat suku bunga BI menjadi 5,5%.
Jika hal tersebut benar, maka BI mengikuti langkah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang telah memangkas laju kenaikan suku bunganya pada pekan lalu.
Di lain sisi, pasar obligasi pemerintah RI masih terus diburu oleh investor asing, menandakan inflow telah berlangsung selama tiga pekan beruntun. BI mencatatkan beli neto Rp2,89 triliun di pasar SBN pada periode 12-15 Desember 2022.
Sebelumnya, BI menunjukkan data transaksi 5 - 8 Desember 2022, non-residen di pasar keuangan domestik beli neto Rp 8,45 triliun di pasar surat utang Indonesia.
Adapun, pada transaksi 28 November - 1 Desember 2022, asing cetak beli neto pasar SBN mencapai Rp8,76 triliun.
Arah angin sebenarnya mulai berbalik sejak November lalu. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI, sepanjang November terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 23,7 triliun.
Adapun per 19 Desember 2022, total inflow tercatat sebesar Rp 25 triliun, berdasarkan data DJPPR. Alhasil, sejak akhir November hingga 19 Desember, total inflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sekitar Rp 24 triliun.
Sepanjang tahun ini, investor asing menjual SBN secara masif menjadi salah satu penyebab jebloknya nilai tukar rupiah.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung meningkat pada pagi hari ini waktu AS.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun naik 1,6 bp ke posisi 4,278%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun juga naik 8,5 bp menjadi 3,668%.
Investor masih mencerna pernyataan The Fed yang masih akan bersikap hawkish hingga tahun depan. Ketua The Fed, Jerome Powell sebelumnya mengatakan suku bunga akan terus dinaikkan, meski belakangan inflasi sudah mulai menurun.
"Data inflasi yang kita lihat pada Oktober dan November menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan. Tetapi masih diperlukan bukti yang substansial agar yakin inflasi berada pada jalur penurunan," kata Powell dalam konferensi pers Kamis pekan lalu.
Pernyataan Powell tersebut mengindikasikan kampanye The Fed menurunkan inflasi masih jauh dari kata selesai, suku bunga meski sudah berada di level tertinggi dalam 15 tahun terakhir akan kembali dinaikkan dan ditahan pada level tinggi dalam waktu yang lama.
Sebelumnya pada pekan lalu, tepatnya Kamis lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bp menjadi 4,25% - 4,5%.
Kenaikan tersebut memang lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 bp selama 4 kali berturut-turut. Tetapi memproyeksikan suku bunga ke depannya berada di kisaran 5% - 5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.
Artinya, higher for longer. Bank sentral lainnya pun sama, tetap berkomitmen menaikkan suku bunga sampai inflasi menurun.
Alhasil, ancaman dunia resesi tahun depan kian nyata dan semakin dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Sikap Investor di SBN Beragam, Yield Juga Bergerak Mixed
(chd/chd)
Sentimen: negatif (99.7%)