JAKARTA – Bank Dunia menyebut harga beras Indonesia paling mahal di Asean dalam kurun waktu 10 tahun. Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo membantahnya.
Menurutnya, selama ini harga beras di tanah air tidak pernah sekalipun di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
“Kita nomor dua terendah yang ada di Asia bahkan. Oleh karena itu, itu data juga mungkin akan segera dikoreksi oleh mereka (Bank Dunia). Data mana dia pakai? kalau dalam saat sorted seperti ini, kita lagi menanam tentu harga juga terjadi kontraksi-kontraksi seperti itu. Tetapi secara umum belum pernah di atas HPP yang kita tetapkan. Belum pernah di atas Rp12.500 (per kg),” ungkap Mentan dilansir dari VOA, Rabu (21/12/2022).
Meski begitu, Mentan juga tidak menyebut bahwa laporan dari Bank Dunia keliru. Ia mempertanyakan kapan Bank Dunia mengambil berbagai data terkait harga beras ini, termasuk basis data mana yang dipakai oleh Bank Dunia dalam merilis hasil laporan tersebut.
“Prosesnya pada waktu apa? Kalau waktu sekarang ini dalam November, Desember itu kan waktu sorted untuk kita. Lagi menanam. 10 juta hektare, gak gampang ini menanam. Untuk itu, kalau cari beras pada saat itu, harganya naik. Kalau mau beli beras yang tepat itu, pada saat Maret-April-Juli-Agustus. Itu pasti harganya (baik) karena kita lagi puncak (panen),” tambah Mentan.
Sementara itu, Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Achmad Yakub mengatakan kemungkinan besar harga beras Indonesia tertinggi di Asean bisa jadi benar. Namun untuk kawasan Asia, harga beras di Jepang dilaporkan masih lebih tinggi, yakni sekitar Rp30.000 per kilogram.
Baca Juga: Kids Life's Adventure Park Suguhkan Edukasi Literasi Digital lewat Keseruan Tanpa Batas