Sakti, IHSG Lompat Dari Jurang & Hijau! Ini Penyebabnya
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat ambles nyaris 1% pada perdagangan sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai bangkit (rebound) pada perdagangan sesi II Selasa (20/12/2022).
Per pukul 14:06 WIB, IHSG terpantau menguat 0,15% ke posisi 6.789,53.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi II mencapai sekitaran Rp 12 triliun. Sebanyak 157 saham menguat, 374 saham melemah dan 160 saham stagnan.
Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang sebelumnya sempat menjadi pemberat IHSG di sesi I, pada perdagangan sesi II menjadi penopang indeks menuju jalur hijau. Adapun saham BYAN membantu IHSG bangkit hingga sebesar 35,62 indeks poin.
Dari pergerakannya, saham BYAN yang sebelumnya ambles nyaris 3%, kini melonjak 18,9% ke posisi harga Rp 16.800/unit.
Selain saham BYAN, ada saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang juga membantu indeks untuk rebound sebesar 0,54 indeks poin.
IHSG sebelumnya sempat terkoreksi parah karena investor masih khawatir dengan potensi resesi global pada awal tahun depan.
Hal ini sebagai salah satu dampak dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
The Fed pada Kamis pada pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.
Kenaikan tersebut memang lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 basis poin (bp) selama 4 kali berturut-turut. Tetapi memproyeksikan suku bunga ke depannya berada di kisaran 5% - 5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.
Artinya, higher for longer. Bank sentral lainnya pun sama, tetap berkomitmen menaikkan suku bunga sampai inflasi menurun.
Alhasil, ancaman dunia resesi tahun depan kian nyata dan semakin dekat.
"Kebijakan moneter secara cepat menjadi restriktif sekarang, The Fed menaikkan suku bunga 400 basis poin dalam tempo 9 bulan. Risiko resesi akan semakin meninggi sekarang setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan kita harus bersiap untuk kenaikan selanjutnya," kata Edward Moya, strategist pasar senior di Oanda dalam catatannya kepada klien yang dikutip CNBC International.
Ketua The Fed, Jerome Powell sebelumnya mengatakan suku bunga akan terus dinaikkan, meski belakangan inflasi sudah mulai menurun.
"Data inflasi yang kita lihat pada Oktober dan November menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan. Tetapi masih diperlukan bukti yang substansial agar yakin inflasi berada pada jalur penurunan," kata Powell dalam konferensi pers Kamis pekan lalu.
Pernyataan Powell tersebut mengindikasikan kampanye The Fed menurunkan inflasi masih jauh dari kata selesai, suku bunga meski sudah berada di level tertinggi dalam 15 tahun terakhir akan kembali dinaikkan dan ditahan pada level tinggi dalam waktu yang lama.
Sebagai catatan, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) AS sudah mengalami penurunan 5 bulan beruntun, pada November tumbuh 7,1% year-on-year (yoy). Angka itu turun jauh dari puncaknya 9,1% pada Juni lalu yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Asing Borong Saham Rp 1,9 T Pekan Lalu, Gegara Ini?
(chd/chd)
Sentimen: negatif (100%)