Sentimen
Positif (98%)
20 Des 2022 : 15.11
Informasi Tambahan

Institusi: ReForminer Institute

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

Respon Isu Resesi 2023, Ini yang Akan Terjadi Pada Indonesia

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Metropolitan

20 Des 2022 : 15.11
Respon Isu Resesi 2023, Ini yang Akan Terjadi Pada Indonesia

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Merespon persoalan isu resesi yang akan terjadi di tahun 2023, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, pada tahun 2023 nanti, Mamit optimis Indonesia masih tetap akan berada di dalam pertumbuhan ekonomi yang positif.

Menurutnya, ada empat poin yang mendukung hal tersebut, yaitu pertama, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang besar. 

"Dengan berlimpahnya SDA yang dimiliki, maka diyakini hal tersebut sebagai salah satu bentuk masyarakat Indonesia untuk tetap bertahan dalam kondisi apapun," ungkap Mamit dalam acara tahunan yang diadakan PT Alam Alsahara Indonesia yang mengusung tema Facing and Responding to Possible 2023 Recession in the Oil and Gas Industry, Kamis (15/12/2022).

Kedua, lanjut Mamit, sumber daya manusia (SDM) yang optimal. Ia berpendapat bahwa SDM sudah mampu untuk mengurangi dampak-dampak yang terjadi akibat resesi 2023.

“Contohnya saat Covid-19, kita masih bisa bertahan. Untuk itu, saya kira 2023 kita juga sudah siap,” ungkapnya.

PT Alam Alsahara Indonesia menggelar acara tahunan (1)
PT Alam Alsahara Indonesia mengundang Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro dalam acara tahunan yang diselenggarakan di Pullman Hotel Central Park, Kamis (15/12/2022). Acara yang mengusung tema Facing and Responding to Possible 2023 Recession in the Oil and Gas Industry dihadiri oleh perwakilan dari 50 perusahaan minyak dan gas (migas).

Kemudian ketiga, Mamit mengatakan, masyarakat Indonesia kompak dan saling bergotong-royong. Dengan adanya sikap gotong-royong yang sudah tercermin pada masyarakat Indonesia menandakan bahwa masyarakat Indonesia bisa membantu satu sama lain dan sama-sama mengatasi atau mengurangi dampak tersebut.

"Keempat, industri perekonomian masih tetap berjalan. UMKM masih menjadi penopang utama dalam hal perekonomian nasional yang terus berjalan," ucapnya.

Selain itu, menurut Mamit, sektor migas juga masih menjadi salah satu industri yang memberikan multiplier effect (efek berganda) yang besar, tidak hanya bagi negara tetapi juga bagi masyarakat.

Target 2030 Satu juta barel dan 12 BSCFD

Mamit juga menyebut bahwa pemerintah melalui SKK Migas sudah mempunyai target 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.  

“SKK Migas sudah menyatakan bahwa kegiatan di hulu migas pada tahun depan terus berjalan, bahkan tidak ada pengurangan sama sekali dan akan sangat masif," sebutnya.

Mamit menambahkan, dengan bertambahnya kebutuhan rig, dengan demikian akan ada kebutuhan, seperti untuk service company dan manpower.

“Oleh karena itu dukungan dari teman-teman yang hadir dalam kegiatan ini untuk mencapai target adalah suatu hal yang mutlak,” imbaunya.

Mamit juga menjabarkan langkah-langkah yang perlu diperkuat di sektor migas untuk menghadapi dampak resesi 2023 adalah efisiensi, meningkatkan layanan kepada klien sehingga mereka tidak berpaling dan tetap menggunakan produk Indonesia, jaminan produk berkualitas dengan harga terjangkau, dan perlu adanya dukungan dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Sentimen: positif (98.8%)