Saham Jack Ma BBYB Absen Kasih Cuan, Harga Masih Kemahalan?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Meski sudah mengambil bunga kredit tinggi, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) tak kunjung meraup untung. Ada apa sebenarnya di tubuh bank digital ini? Akankah harga sahamnya terus longsor?
BBYB merupakan salah satu bank digital yang banyak dipantau oleh pelaku pasar mengingat posisinya mendapat bekingan crazy rich dunia yaitu Jack Ma. Berbeda dengan bank-bank digital lain yang sudah mulai untung, BBYB malah masih merugi.
Sepanjang periode 9 bulan tahun 2022, BBYB harus menanggung kerugian sebesar Rp 601 miliar. Nilai kerugian membengkak 2,27 kali dari periode September 2021 yang hanya Rp 265 miliar.
Sebagai perbandingan, PT Bank Jago Tbk (ARTO) sudah membukukan keuntungan Rp 41 miliar, PT Allo Bank Tbk (BBHI) mencetak laba Rp 209 miliar sedangkan bank mini yang digadang-gadang akan menjadi calon bank digital yakni PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) dan PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) sudah membukukan laba bersih masing-masing Rp 95 miliar dan Rp 44 miliar di periode yang sama.
Padahal, untuk kategori bank digital dengan aset Rp 10-20 triliun BBYB berhasil menorehkan pendapatan bunga bersih terbesar hingga Rp 989 miliar, melampaui ARTO yang hanya Rp 984 miliar dengan total aset hampir sama.
Salah satu faktor yang membuat BBYB mampu mendapatkan bunga bersih sebesar itu adalah suku bunga kredit yang tinggi hampir 50%.
Mengacu pada laporan keuangan BBYB per September 2022, rata-rata suku bunga kredit per tahun BBYB untuk segmen kredit rekening koran mencapai 10,07%, untuk kredit karyawan 6,37% dan paling fantastis adalah segmen untuk kredit modal kerja, investasi dan konsumen hingga 46,57%.
Apabila dibandingkan dengan bank digital peers, rata-rata suku bunga kredit per tahun BBYB merupakan yang paling tinggi ketika peers mematok rata-ratanya di belasan persen.
Sementara jika dibandingkan dengan suku bunga simpanannya, imbal hasil kredit BBYB juga jauh lebih tinggi. Untuk diketahui, rata-rata suku bunga giro per tahun BBYB mencapai 2,42%; suku bunga tabungan 4,86% dan suku bunga deposito 7,21%.
Pendapatan non-bunga BBYB juga merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan 3 peers lainnya. Total pendapatan non-bunga BBYB sampai 9 bulan 2022 mencapai Rp 312 miliar mengalahkan BBHI yang mencapai Rp 128 miliar.
Revenue Bank Digital (Rp Miliar)
ARTO
BBHI
BINA
BBYB
Pendapatan Bunga
1,085
492
821
1,481
Beban Bunga
101
86
432
492
Pendapatan Bunga Bersih
984
406
389
989
Pendapatan Non-Bunga
52
128
20
312
Total Revenue
1,036
534
409
1,302
Sumber : Laporan Keuangan Bank
Usut punya usut mencetak top line terbesar di antara bank digital lain, beban biaya yang ditanggung BBYB merupakan yang terbesar. Inilah yang membuat BBYB boncos. Beban operasional terhadap total pendapatan operasional BBYB mencapai 96% per September 2022 padahal kunci kesuksesan bank digital adalah efisiensi pengeluaran dengan adanya digitalisasi.
Beban operasional terbesar BBYB adalah beban administrasi dan pemasaran yang mencapai Rp 1,07 triliun dan menyumbang 86% dari total beban operasional.
Beban Operasional (Rp Miliar)
ARTO
BBHI
BINA
BBYB
Total Revenue
1,036
534
409
1,302
Beban Operasional
722
218
229
1,245
Umum & Administrasi
514
164
106
794
Personalia
201
54
104
180
Lain-lain
8
-
19
271
OPEX/Revenue
70%
41%
56%
96%
Sumber : Laporan Keuangan Bank
Selain dari sisi beban operasional, BBYB juga memiliki beban pencadangan terbesar. Total pencadangan kerugian penurunan nilai BBYB per September 2022 mencapai Rp 653 miliar dan mengalahkan ARTO yang mencapai Rp 266 miliar.
Bengkaknya nilai pencadangan ini biasanya diakibatkan karena peningkatan jumlah kredit macet (Non-Performing Loan/NPL). Memang secara bruto rasio NPL BBYB di bawah 2%. Namun secara neto yang hanya melihat kredit macet (kolektabilitas 5) terhadap total kredit mencapai 1,69% dan menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan 3 pesaing lainnya.
NPL
ARTO
BBHI
BINA
BBYB
NPL Bruto
2.10%
0.00%
1.52%
1.88%
NPL Neto
0.95%
0.00%
0.56%
1.69%
Sumber : Laporan Keuangan Bank
Jika dibandingkan dengan bank digital lain, rasio kecukupan modal BBYB juga yang paling rendah di bawah 20%. Namun ini sebelum BBYB melakukan aksi korporasi berupa right issue.
CAR
%
ARTO
97.50%
BBHI
78.36%
BINA
24.45%
BBYB
19.72%
Sumber : Laporan Keuangan Bank
Untuk menambah modal, BBYB melakukan right issue dengan melepas sebanyak-banyaknya 2.617.133.843 saham baru dengan harga Rp 650/unit. Sehingga total dana yang akan diraup mencapai Rp 1.701.136.997.950.
Dengan tambahan modal tersebut, maka total ekuitas BBYB diperkirakan menjadi Rp 3,9-4 triliun hingga akhir tahun ini.
Namun dalam pelaksanaanya, tidak semua pemegang saham menebus haknya. Hingga 1 Desember 2022, jumlah saham BBYB menjadi 11.863.562.374 atau bertambah 2.441.880.538 saham atau 93% dari target. Total perolehan dana sebelum dikurangi biaya emisi mencapai Rp 1.587.222.349.700 (Rp 1,59 triliun).
Apabila mengacu pada estimasi konsensus analis Refinitiv, total kerugian BBYB tahun ini diperkirakan mencapai Rp 716,2 miliar, maka total modal BBYB diperkirakan mencapai Rp 3,73 triliun akhir tahun ini.
Lebih lanjut, konsensus analis memperkirakan kerugian BBYB dapat mengecil menjadi Rp 197,5 miliar. Kerugian ini tentu akan menggerus modal sehingga total ekuitas BBYB akan menjadi sekitar Rp 3,53 triliun.
Harga saham BBYB ditutup melemah 2% ke Rp 735/unit pada akhir pekan lalu. Setelah right issue, rasio Price to Book Value (PBV) untuk BBYB di tahun 2022 mencapai 2,3 kali. Sejak Awal tahun, BBYB sudah mengakumulasi penurunan 66,58%.
Valuasi 2023
Book Value 2023 (Rp miliar)
3,528
Share Out (miliar)
11.86
Implied Mkt Cap at Target 2.25x PBV
7,937
Implied Fair Value per Share
669
Rounded Fair Value at 2.25x PBV
670
Current Price
735
Upside at 2.25x PBV
-8.8%
Apabila menggunakan valuasi PBV 2,25 kali untuk tahun depan mengikuti rule of thumb industri perbankan umumnya dengan sedikit valuasi premium untuk bank digital, maka target harga BBYB ada di Rp 670 per unit. Artinya ada potensi penurunan 9% dari harga saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Kinerja Moncer Saham Big Bank Pendorong IHSG Balik ke 7.000
Sentimen: negatif (88.9%)