The Way of Water (IMAX 3D), Kembali ke Pandora!
Detik.com Jenis Media: Hiburan
Apa lagi yang bisa dibahas setelah Cameron menceritakan perjalanan Jake Sully (Sam Worthington) dari seorang tentara yang akhirnya jatuh cinta dengan Neytiri (Zoe Saldana) dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Na'vi? Ternyata masih banyak. 13 tahun lalu ketika James Cameron merilis Avatar, saya mengira bahwa eksplorasi Pandora sudah selesai. Dua milyar dollar kemudian, James Cameron memutuskan bahwa petualangan Jake Sully belum berakhir. Masih banyak hal dalam Pandora yang bisa kita lihat. Dalam Avatar: The Way of Water, kita diajak untuk menyelami laut.
Banyak hal yang terjadi setelah Jake tinggal di Pandora. Dia dan Neytiri sekarang menjadi orang tua. Anak pertamanya, Neteyam (Jamie Flatters), adalah sosok kharismatik yang berusaha menyenangkan ayahnya. Anak keduanya, Lo'ak (Britain Dalton), agak sedikit berbeda. Dia gemar melakukan hal yang dilarang orang tuanya dan kerap kali bermasalah. Anak ketiganya adalah Kiri (Sigourney Weaver) yang sepertinya mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki kedua orang tuanya. Dan yang terakhir adalah Tuk (Trinity Jo-Li Bliss), seorang bocah yang sangat sayang dengan saudara-saudaranya.
Sekilas keluarga Jake Sully seperti mempunyai segalanya. Tapi tentu saja mimpi indah ada tanggal kadaluarsanya. Manusia Bumi kembali datang ke Pandora dan mengancam keharmonisan hidup mereka. Lebih buruk lagi, musuh yang mereka kira sudah tewas muncul lagi dalam bentuk baru. Jake Sully dan Neytiri sadar bahwa mereka harus pergi agar hidup mereka kembali tenang. Tapi bisakah hidup mereka tetap sama jika mimpi buruk terus mendatangi mereka?
Avatar: The Way of Water Foto: dok. 20th Century StudiosHanya ada dua hal yang gagal membuat Avatar: The Way of Water menjadi film yang sempurna: plot dan durasi. Selebihnya, film ini adalah salah satu contoh bagaimana cara membuat dunia yang meyakinkan. Avatar: The Way of Water perlu mendapatkan acungan jempol karena tidak seperti kebanyakan sekuel, dia tidak perlu menjelaskan Pandora itu apa. James Cameron sepertinya sadar bahwa penonton masih ingat dengan jelas apa itu Na'vi dan semua ritual dan kebudayaannya. Sayangnya hal tersebut tidak diaplikasikan ke dalam konflik utamanya. Avatar: The Way of Water agak terseret karena dalam membahas plot utamanya, Cameron agak bertele-tele.
Butuh sekitar dua jam hingga akhirnya Cameron mengajak penonton untuk masuk ke arena laga. Meskipun adegan finalnya dibuat dengan baik dan menegangkan, tapi keseruannya tidak sebanding dengan battle terakhir film pertamanya yang sangat mengharu-biru. Klimaks di Avatar: The Way of Water (yang benar-benar berlangsung selama satu jam) pun juga terasa deja vu karena melibatkan kapal dan air. Saya yakin bukan saya saja yang teringat dengan masterpiece James Cameron lainnya saat menyaksikan adegan-adegan tersebut.
Avatar: The Way of Water Foto: dok. 20th Century StudiosMeskipun ceritanya lumayan bisa ditebak tapi Avatar: The Way of Water tetap bukan sembarang film. Ini adalah sebuah pesta sinema yang dibuat dan dipersembahkan dengan teknis terbaik. Tiga jam yang ada Avatar: The Way of Water adalah sebuah pencapaian teknis yang luar biasa. Kalau Anda mendengar James Cameron mencibir visual efek bawah air dalam Black Panther: Wakanda Forever dan merasa bahwa Cameron arogan, Anda harus menyaksikan film ini. Satu menit adegan air di film ini mengalahkan keseluruhan adegan air di sekuel Black Panther.
Disaksikan di IMAX dalam bentuk 3D, presentasi Avatar: The Way of Water membuat saya merasakan pengalaman yang sangat magis. Detailnya luar biasa. Cara James Cameron mengenalkan karakter (dan juga penonton) dengan sudut lain Pandora ini tidak ada bedanya dengan National Geographic. Hanya saja yang dilakukan Cameron di sini berkali-kali lipat lebih luar biasa karena semuanya adalah rekaan imajinasi dengan bantuan teknis yang luar biasa.
Susah untuk tidak takjub dengan otak James Cameron saat menyaksikan Avatar: The Way of Water karena film ini membuat saya percaya bahwa Pandora benar-benar ada. Bagaimana dia bisa membuat film ini terasa begitu nyata? Bagaimana bisa komputer menghasilkan gambar seperti itu?
Avatar: The Way of Water mengingatkan saya akan kekuatan film. Ia bisa membuat saya loncat dari kursi dan tenggelam ke layar bioskop. Di akhir Avatar: The Way of Water, saya mengucapkan syukur karena masih akan ada petualangan berikutnya di Pandora.
Avatar: The Way of Water dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
---
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(aay/aay)Sentimen: negatif (100%)