Jakarta -

Proyek energi nuklir di Wyoming, Amerika Serikat (AS) milik Pendiri Microsoft Bill Gates harus tertunda setidaknya selama dua tahun. Hal itu terjadi karena ada kekhawatiran pasokan bahan bakar dari Rusia.

Bill Gates melalui perusahaan rintisan (startup) TerraPower mencoba mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) canggih berukuran kecil untuk membantu mengurangi emisi karbon, tetapi hanya satu perusahaan yang menjual bahan bakar yang dibutuhkan yakni dari Rusia.

Presiden dan Kepala Eksekutif TerraPower Chris Levesque mengatakan bahan bakar tersebut bersifat High-Assay Low-Enriched Uranium (HALEU) yang diperkaya hingga 20%, jauh di atas level 5% yang digunakan reaktor saat ini.

-

-

"Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan satu-satunya sumber komersial bahan bakar HALEU tidak lagi menjadi bagian yang layak dari rantai pasokan untuk TerraPower, serta untuk orang lain di industri kami," kata Levesque dikutip dari Reuters, Kamis (15/12/2022).

Pembangkit 345 megawatt (MW) itu sebelumnya dijadwalkan dibuka pada 2028. Dengan adanya kondisi ini, proyek canggih tersebut terancam molor.

"TerraPower mengantisipasi penundaan minimal dua tahun untuk dapat mengoperasikan reaktor Natrium," tambahnya.

Departemen Energi AS (DOE) sedang mencari campuran beberapa persediaan uranium tingkat senjata untuk membantu menyediakan bahan bakar untuk proyek reaktor. Pembaruan jadwal akan diberitahukan selanjutnya tahun depan jika ada pasokan HALEU termasuk ketersediaan material DOE untuk downblending.

TerraPower mengatakan akan terus bekerja sama dengan PacifiCorp yang dimiliki oleh Berkshire Hathaway Inc (BRKa.N) milik Warren Buffett. Hal itu untuk mempelajari penambahan hingga lima reaktor Natrium lagi pada tahun 2035.

"Kami yakin program federal untuk mengkatalisasi produksi HALEU akan menjadi operasional dalam kerangka waktu yang sesuai untuk pabrik ini," ujar Levesque.

Simak Video "Bill Gates Positif Covid-19"
[-]
(aid/zlf)