Fed Bakal Naikan Suku Bunga Lagi, RI Malah Banjir Duit Asing!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Arah angin bagi pasar finansial Indonesia khususnya obligasi mulai berubah. Investor asing yang getol melakukan aksi jual, di tahun ini kini kembali memborong Surat Berharga Negara (SBN). Alhasil, Indonesia kembali menikmati aliran modal masuk (capital inflow) puluhan triliun rupiah.
Perang Rusia-Ukraina yang memicu inflasi tinggi di berbagai negara menjadi cikal bakal capital outflow masif melanda pasar obligasi Indonesia. Inflasi yang tinggi direspon dengan kenaikan suku bunga yang sangat agresif oleh bank sentral di berbagai negara, termasuk The Fed (bank sentral Amerika Serikat/AS).
Spread imbal hasil (yield) antara obligasi AS (Treasury) dengan SBN menjadi menyempit, investor asing pun menarik dananya dalam dalam negeri. Namun, sejak November lalu investor asing kembali memborong SBN.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) sepanjang November terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 23,7 triliun.
Inflow tersebut menjadi yang terbesar di tahun ini. Tercatat sejak awal tahun, inflow hanya terjadi pada Februari dan Agustus saja.
Pada Desember, hingga tanggal 9 total inflow sudah sebesar Rp 19,3 triliun, berdasarkan data DJPPR. Sehingga sejak November total inflow di pasar SBN tercatat sekitar Rp 43 triliun.
Dengan kembali masuknya investor asing, maka capital outflow yang terjadi pada tahun ini terus terpangkas menjadi Rp 135 triliun.
The Fed yang diperkirakan akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya saat pengumuman Kamis (15/12/2022) dini hari waktu Indonesia menjadi pemicu kembalinya dana investor asing ke dalam negeri.
Seperti diketahui, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% - 4%.
Foto: FedWacth, CME Group
Pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% dengan probabilitas sebesar 74%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group.
Dengan mengendurnya laju kenaikan suku bunga, dan jika diimbangi dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) selisih yield bisa jadi tidak akan menyempit lagi. Hal ini tentunya menarik kembali minta investor asing, apalagi di tahun depan Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara yang akan terlepas dari resesi.
Saat resesi melanda dunia, khususnya Amerika Serikat (AS) ada peluang The Fed kembali menurunkan suku bunganya, tentunya jika inflasi sudah melandai.
[-]
-
BI 'Mainkan' Yield SBN, Supaya Rupiah Seksi Lagi
(pap/pap)
Sentimen: negatif (96.8%)