Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tokyo, Shanghai
Kasus: zona merah, Zona Hijau
Tokoh Terkait
Jurang IHSG Makin Dalam, Berapa Ujungnya?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
CNBC Indonesia, Jakarta - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan ini (09/12) kembali melempem. Beberapa sentimen menjadi faktor pemberat IHSG.
Sepanjang perdagangan, IHSG tak mampu bergerak ke teritorial positif. Pada pukul 14.05 IHSG berada di level 6710.3, kemudian IHSG masih berada di zona merah di level 6715.08 pada sepuluh menit berikutnya. Pukul 14.40 IHSG kembali turun menjadi 6704.47. IHSG ditutup di zona merah pada level 6715.12 atau turun sebesar 1.31%.
Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 22.5 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 1 juta kali serta nilai perdagangan mencapai 13 Triliun serta kapitalisasi pasar mencapai 9237 triliun.
Terdapat 347 saham mengalami koreksi, 185 saham menguat dan 163 lainnya konsisten tidak berubah.
Faktor Pemberat IHSG
IHSG pada perdagangan akhir pekan ini melemah disebabkan adanya sentimen global serta ambruknya mayoritas sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari sisi global, IHSG terkoreksi karena meningkatnya ancaman resesi global akibat dari kebijakan moneter ketat serta inflasi yang mengancam permintaan konsumen. Sejumlah CEO dari lembaga multinational memperingatkan perihal ancaman tersebut. Misalnya, CEO Bank of America Brian Moynihan yang memperkirakan ekonomi AS akan kontraksi pada kuartal I-III tahun depan sebelum tumbuh positif pada kuartal IV-2022.
Kepala Eksekutif JPMorgan Chase Jamie Dimon mengatakan kepada CNBC bahwa konsumen dan perusahaan berada dalam kondisi yang baik, namun keadaan tersebut mungkin tidak bertahan lebih lama karena kondisi melambatnya ekonomi serta laju inflasi mengikis daya beli konsumen.
"Hal-hal itu mungkin sangat menggagalkan ekonomi dan menyebabkan resesi ringan hingga berat yang dikhawatirkan orang," katanya.
Bank sentral AS bulan lalu telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk keempat kalinya, menjadikannya 3.75-4%, tetapi juga mengisyaratkan harapan untuk beralih ke kenaikan yang lebih kecil segera setelah pertemuan berikutnya.
Beralih ke dalam negeri, berdasarkan data dari Refinitiv, seluruh indeks sektoral yang ada di BEI berada di zona merah. Sektor energi menjadi faktor utama melemahnya IHSG pada sesi I kali ini. Dilansir dari Refinitiv, sektor energi ambruk sebesar 3.63%.
Sektor energi masih menjadi sektor pemberat utama selama periode perdagangan hari ini. Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) masih menjadi top losers di sektor ini. Selama dua hari berturut BYAN telah membebani IHSG. BYAN merosot 6.87% menjadi Rp.13,550/unit. Selain BYAN, saham lain yang juga menurun antara lain BOSS yang melorot 6.67%, ITMG dan KKGI yang turun masing-masing 3.44% dan 3.36%.
Dari sektor teknologi, saham PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) dan PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH) menjadi pemberat utama IHSG yang ambrol 9.62% dan 9.52% secara berurut. Saham PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berada diposisi ketiga.
Saham GOTO yang terpuruk masih menjadi topik yang hangat. Perdagangan hari ini mencatatkan GOTO ambles 7%, artinya GOTO telah melemah selama 15 hari dan menyentuh batas auto reject bawah (ARB) selama sepuluh hari beruntun
Menanggapi ambruknya saham mereka, manajemen GOTO menggelar konferensi pers kemarin. Menurut mereka ada tiga alasan mengapa saham GOTO anjlok setelah periode lock up. Presiden GoTo Group Patrick Cao menjelaskan setelah periode lock-up, ada kenaikan dalam jumlah saham yang beredar di pasar, yang mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham.
Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain, investor awal yang masuk di harga saham yang lebih rendah yang merealisasikan keuntungan. Kemudian, berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial, dan kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya.
Sedangkan dari sektor emiten kesehatan, mayoritas saham yang melantai di BEI juga berada di teritorial negatif. Tiga diantara saham yang mengalami penurunan yaitu saham milik PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) yang turun 4.53%. Saham lain yang mengalami kemunduran antara lain, PEHA (-2.65%), RSGK (-2.22%), dan MTMH (1.96%).
Angin segar Wall Street
Pergerakan pasar Indonesia telah terintegrasi dengan pergerakan pasar global. Dengan demikian sentimen positif global seharusnya mampu menjadi penggerak IHSG hari ini. Kinerja cemerlang Wall Street dan Mayoritas saham acuan Asia ternyata belum mampu menjadi katalis pada perdagangan hari ini.
Kabar baik dari bursa Amerika Serikat (AS) serta ekspektasi dikendurkannya laju kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) tak mampu membangkitkan kinerja IHSG hari ini.
Ketiga bursa utama AS akhirnya mengakhiri perdagangan di zona hijau setelah ambruk dalam beberapa hari terakhir. Indeks Dow Jones ditutup menguat 183.56 poin atau 0.55% di posisi 33,781.48. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 123.45 poin atau 1.13% ke 11,082 sementara indeks S&P 500 menguat 29.59 poin atau 0.75% ke 3,963.51. Penguatan mengakhiri tren negatif indeks S&P yang melemah pada lima hari perdagangan sebelumnya.
Pergerakan IHSG hari ini berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham acuan Asia. Pada pukul 15.00. Mayoritas saham acuan Asia mencatatkan performa yang cemerlang. Namun kinerja saham acuan tersebut belum mampu menopang pergerakan IHSG. Nikkei 225 Index (Tokyo) meningkat 1.18%. Berikutnya, Indeks Hang Seng (Hong Kong) menguat hingga 2.32% dan Shanghai Composite Index (Shanghai) yang naik 0.30%. Disisi yang sama Strait Times (Singapore) Index juga naik dengan 0.13%.
[-]
-
IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Baru!(Muhammad Azwar/ayh)
Sentimen: negatif (99.2%)