Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PLN
Kab/Kota: Bekasi, Cikarang
Tokoh Terkait
Bos PLN Pastikan Optimalisasi Sistem Digital Rantai Pasok Kelistrikan
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNN Indonesia --
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melakukan penyempurnaan sistem digital rantai pasok material kelistrikan terpadu. Penyempurnaan dilakukan demi meningkatkan kecepatan dan ketepatan layanan kepada pelanggan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan sistem digital rantai pasok kelistrikan sangat penting. Sebab jumlah material yang dikelola di gudang-gudang PLN sangat banyak dan bervariasi sehingga mustahil pengelolaan bisa dilakukan dengan baik jika secara manual.
"PLN memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pelayanan prima kepada lebih dari 82 juta pelanggan. Diperlukan sistem informasi rantai pasok material kelistrikan yang terpadu agar setiap permintaan pelanggan, mulai dari keluhan, penyambungan baru, hingga tambah daya dapat dilayani dengan cepat," kata Darmawan dalam keterangan tertulisnya.
Untuk memastikan sistem digitalisasi rantai pasok material kelistrikan ini telah berjalan optimal di lapangan, Direktur Utama PLN Darmawan meninjau Gudang Unit Layanan Pelanggan (ULP) Cikarang Kota dan Gudang Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bekasi, Kamis (7/4) lalu.
Dalam kunjungan tersebut, Ia menemukan bahwa ketersediaan material sudah memadai dan optimal. Meski sistem digital yang telah diterapkan ini masih perlu perbaikan di berbagai aspek.
"Dari yang kami lihat, memang butuh perbaikan untuk tata kelola rantai pasok material kelistrikan ini. Dari tata kelolanya, kita harus membangun sistem informasi manajemen," kata Darmawan.
Pergerakan material mulai dari diterima oleh Unit Induk dari Pabrikan, didistribusikan ke UP3, ULP, hingga ke petugas di lapangan telah menggunakan Aplikasi Gudang Online dan SAP.
Namun Darmawan menilai perlu ada perbaikan dari sisi material Fast Moving karena ditemukan adanya disparitas antara jumlah stok yang ada di aplikasi dengan jumlah stok real di dalam gudang. Hal ini berdampak pada tidak akuratnya perencanaan pengadaan material.
Sebagai contoh stok kWh meter untuk penyambungan baru pelanggan atau Miniatur Circuit Breaker (MCB) yang dibutuhkan untuk penambahan daya. Laju ketersediaan material ini sangat cepat membuat terkadang unit layanan kehabisan stok material tersebut, hal ini menyebabkan proses pelayanan kepada pelanggan menjadi tertunda.
"Ujung-ujungnya ini berdampak pada tidak optimalnya pelayanan kepada masyarakat," katanya.
Selain itu, Darmawan juga menemukan bahwa material/aset yang sudah terpasang, namun karena satu dan lain hal harus dikembalikan (material retur), juga belum terkelola melalui sistem digital dan masih dikelola secara manual.
"Apakah aset tersebut masih bisa digunakan di tempat lain (relokasi), atau sudah rusak tetapi masih bisa diperbaiki, atau bisa juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini juga perlu dikelola dengan baik melalui sistem digital," ujar dia.
Di sisi lain, Darmawan langsung bergerak cepat dengan membentuk Tim Task Force Digitalisasi Pengelolaan Inventori untuk bisa segera menyelesaikan persoalan. Ia mengatakan perlu ada review dan laporan yang day to day_agar pengawasan bisa lebih optimal.
Harapannya, kata Darmawan seluruh proses bisnis pengelolaan inventori di gudang PLN menjadi lebih simpel, rapi, dan proaktif dalam memastikan ketersediaan material dan akuntabel.
Seluruh prosesnya juga dapat dimonitor mulai dari jajaran Direksi hingga petugas di lapangan. Dengan adanya perbaikan ini, dirinya meyakini pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan lebih baik.
"Ke depan tidak ada lagi cerita di mana pelanggan tidak terlayani dengan cepat karena permasalahan dalam pengelolaan material," ujar Darmawan.
(osc/osc)
Sentimen: positif (99.2%)