Sentimen
Negatif (100%)
7 Des 2022 : 01.20
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Tokoh Terkait

Rupiah Jeblok 1%, Beneran Bakal ke Rp 16.000/US$?

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

7 Des 2022 : 01.20
Rupiah Jeblok 1%, Beneran Bakal ke Rp 16.000/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju impresif rupiah berakhir di pekan ini. Kemarin Mata Uang Garuda melemah melawan dolar AS setelah sebelumnya melesat sekitar 2% dalam 3 hari perdagangan. Sementara hari ini, nilainya malah kembali merosot.

Dalam riset Bank UOB Quarterly Global Outlook Q1 2023 yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (6/12/2022), rupiah diperkirakan akan terus bergerak melemah ke depannya. Bahkan diperkirakan bisa menyentuh level Rp 16.000/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan Selasa di Rp 15.615/US$, merosot 0,97% di pasar spot. 

-

-

Indeks dolar AS yang kembali perkasa membuat rupiah jeblok. Senin kemarin, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS kembali naik 0,7% setelah rilis data aktivitas sektor jasa AS. Hari ini juga masih menguat meski tipis saja kurang dari 0,1%.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (PMI) jasa pada November naik menjadi 56,5 dari bulan sebelumnya 54,4, mematahkan ekspektasi penurunan menjadi 53,3.

Sektor jasa berkontribusi sekitar sepertiga dari total perekonomian AS, sehingga ekspansi yang meningkat menjadi indikasi kuatnya perekonomian, dan inflasi kemungkinan susah turun.

"Data ISM sektor jasa menggarisbawahi perekonomian AS masih menunjukkan kekuatan, meski kondisi finansial sudah ketat. Ini menjadi kabar baik bagi outlook pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak bagus bagi The Fed yang berusaha meredam demand dan menurunkan inflasi," kata Priscilla Thiagamoorthy, ekonom di BMO Capital Markets, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (5/12/2022).

Hal ini membuat pasar kembali memperhitungkan The Fed akan bertindak agresif lagi bulan ini dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Padahal sebelumnya pasar melihat suku bunga bulan ini akan dinaikkan 50 basis poin, dan ketua The Fed, Jerome Powell juga mengindikasikan hal tersebut bisa dilakukan bulan ini.

"Saya pikir isunya adalah 'puncak inflasi, puncak suku bunga, puncak dolar', saya pikir itu kini perlahan berubah menjadi inflasi yang persisten, suku bunga tinggi yang lebih lama dan persisten," kata Jane Foley, FX strategist senior di Rabobank.

Sementara itu UOB dalam risetnya memproyeksikan pada kuartal I-2023, dolar AS secara rata-rata diperkirakan mencapai Rp 15.900. Kuartal II-2023 pada level Rp 16.000, kuartal III-2023 naik lagi ke Rp 16.100 dan kuartal IV-2023 di level Rp 16.200.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pelemahan nilai tukar, terutama dari eksternal. Antara lain resesi ekonomi pada beberapa negara barat seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Inggris dan lainnya.

Selanjutnya adalah perlambatan ekonomi China yang akan berlangsung cukup lama. Negeri Tirai Bambu tersebut memberikan andil besar terhadap turunnya perekonomian banyak negara dan dunia secara keseluruhan.

Sementara itu ada kabar baik dari dalam negeri. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sepanjang bulan November, investor asing melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp 23 triliun. Porsi kepemilikan asing pun meningkat menjadi Rp 736,93 triliun.

Inflow tersebut menjadi yang terbesar di tahun ini. Tercatat sejak awal tahun, inflow hanya terjadi pada Februari dan Agustus saja.

Aksi borong tersebut membuat capital outflow menyusut menjadi Rp 154,4 triliun.

Tidak hanya di pasar sekunder, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga kembali diminati investor asing.

Jumlah penawaran dari investor asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (23/11/2022) kemarin mencapai Rp 6,4 triliun. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 3,62 triliun, dan naik tiga kali lipat dibandingkan pada lelang sebulan sebelumnya yakni 27September 2022 (Rp 1,7 triliun).

Jika capital inflow tersebut terus berlanjut, tentunya akan memberikan tenaga bagi rupiah untuk bisa menguat, atau setidaknya lebih stabil dan jauh-jauh dari level Rp 16.000/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[-]

-

Dolar Makin Perkasa, Rupiah Terkapar ke Atas Rp 15.000/USD
(pap/pap)

Sentimen: negatif (100%)