Chatib Basri: AS Harus Resesi Demi Turunkan Inflasi
Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi
Harga emas tergelincir pada perdagangan Jumat dan mundur dari posisi tertinggi dalam hampir empat bulan. Penurunan harga emas dunia ini terjadi setelah data pekerjaan AS yang kuat meningkatkan kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS atau the Fed mungkin akan mempertahankan kebijakan moneter yang agresif.
Mengutip CNBC, Sabtu (3/12/2022), harga emas di pasar Spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.794,96 per ons, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak 10 Agustus di USD 1.804,46 per ons.
Sedangkan untuk harga emas berjangka AS turun 0,31 persen menjadi USD 1.809,6 per ons.
Data menunjukkan pengusaha di AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diperkirakan pada bulan November dan menaikkan upah meskipun ada kekhawatiran resesi yang meningkat.
"Dengan jumlah pekerjaan AS yang datang jauh lebih kuat dari yang diperkirakan, apa yang kami lihat adalah kekhawatiran bahwa Fed mungkin perlu melangkah lebih jauh dengan kenaikan suku bunga yang diharapkan," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge, David Meger.
“Anda akan melihat tekanan pada sebagian besar kelas aset hari ini, bukan hanya komoditas logam mulia.” tambah dia.
Pernyataan The Fed
Selain itu, Presiden Fed Chicago Charles Evans menyatakan dalam sebuah acara bahwa ada kemungkinan puncak suku bunga akan sedikit lebih tinggi dari yang saat ini.
"Meskipun kami juga ada kemungkinan besar untuk menurunkan laju kenaikan suku bunga dari 75 bps," kata dia.
Fed masih menyiratkan peluang untuk menaikkan bunga acuan 75 persen ke kisaran 4,25 persen-4,5 persen pada pertengahan Desember.
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS karena ini meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga emas masih bersiap untuk kenaikan mingguan kedua berturut-turut, naik 2,2 persen sejauh minggu ini, karena dolar AS turun setelah pidato dovish Ketua Fed Jerome Powell minggu ini.
Sentimen: positif (95.5%)