JAKARTA – Mohammed bin Nayef adalah mantan putra mahkota Arab Saudi yang dicopot dari posisinya dan digantikan oleh sepupunya dan putra Raja Salman bin Abdulaziz, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) pada Juni 2017.
BACA JUGA: Kudeta Ala Mafia MBS, Eks Putra Mahkota Saudi Dipaksa Lengser di Bawah Todongan Senjata
Laporan dari The Guardian berjudul “’The Godfather, Saudi-style’: inside the palace coup that brought MBS to power”, menyebut bahwa pergantian posisi putra mahkota itu merupakan hasil kudeta yang didalangi oleh MBS. Laporan itu menyebut Pangeran Nayef dikurung dan mendapat ancaman terkait anggota keluarganya, bahkan ditodong senjata hingga akhirnya terpaksa melepaskan posisinya sebagai putra mahkota kepada MBS.
Dilansir dari Al Jazeera, Mohammed bin Nayef ditunjuk sebagai putra mahkota Arab Saudi oleh Raja Salman bin Abdulaziz pada 2015. Dia menjabat sebagai menteri dalam negeri Arab Saudi sejak 2012 dan dikenal dengan tindakan kerasnya terhadap terorisme, terutama kelompok Al Qaeda pasca Serangan Teror 9/11 di Amerika Serikat (AS).
Sepak terjangnya membuat dia menjadi sasaran upaya pembunuhan oleh Al Qaeda pada 2009 dan pada 2017, beberapa bulan sebelum dilengserkan sebagai putra mahkota, dianugerahi medali atas kontribusinya di bidang “kontraterorisme” oleh CIA.
BACA JUGA: Sedikitnya 20 Pangeran Saudi Ditangkap Atas Tuduhan Merencanakan Kudeta : Okezone News
Dilaporkan New York Times, sejak kudeta oleh MBS, Pangeran Nayef tak pernah terlihat lagi di publik. Sejumlah laporan, termasuk dari intelijen AS, memaparkan Pangeran Mohammed bin Nayef hingga kini masih menjadi tahanan rumah setelah melepaskan gelarnya sebagai putra mahkota.
Di masa awal penahanannya, Pangeran Nayef dilaporkan ditahan di sel isolasi, dilarang tidur hingga digantung terbalik di pergelangan kakinya, menurut dua orang yang diberi pengarahan tentang situasinya yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.
Baca Juga: Peduli Pejuang Kanker, Donasi Rambut bersama Lifebuoy x MNC Peduli Tengah Berlangsung!