Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: covid-19, zona merah, Zona Hijau
Tokoh Terkait
Sederet Sentimen Ini Hijaukan Pergerakan Bursa Asia
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah pada perdagangan Rabu (30/11/2022), di tengah kontraksinya kembali aktivitas manufaktur China pada periode November 2022.
Hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,21% ke posisi 27.968,99.
Sedangkan sisanya ditutup di zona hijau. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melejit 2,16% ke posisi 18.597,23, Shanghai Composite China naik tipis 0,05% ke 3.151,34, Straits Times Singapura menguat 0,43% ke 3.290,49, ASX 200 Australia bertambah 0,43% ke 7.284,2, KOSPI Korea Selatan melonjak 1,61% ke 2.472,53, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,91% menjadi 7.081,31.
Dari China, aktivitas pabrik kembali mencatatkan hasil buruk pada November 2022. Hal tersebut terlihat dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur yang kembali berada di zona kontraksi.
Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS), PMI manufaktur negara ekonomi kedua terbesar dunia itu tercatat sebesar 48 pada November 2022, turun dari 49,2 pada Oktober.
Angka ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan PMI manufaktur China pada bulan ini kontraksi menjadi 49. Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China telah berkontraksi selama dua bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.
Hingga kini, China masih bersikeras pada kebijakan nol-Covid untuk memberantas wabah dengan karantina ketat dan pengujian massal yang disebut-sebut menjadi biang kerok turunnya kepercayaan bisnis di negara itu.
"Pada November, dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk penyebaran wabah domestik yang luas dan masif, serta lingkungan internasional menjadi lebih kompleks dan parah, indeks manajer pembelian China turun," kata Zhao Qinghe, ahli statistik senior NBS dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.
Zhao mengatakan wabah domestik pada November menyebabkan aktivitas produksi melambat dan pesanan produk turun. Seiring dengan hal itu, terjadi peningkatan fluktuasi ekspektasi pasar.
PMI non-manufaktur juga terkontraksi sebesar 46,7 pada November, juga turun dari 48,7 di Oktober.
Zhao menambahkan bahwa untuk transportasi, akomodasi, katering, dan hiburan khususnya, total volume bisnis industri turun secara signifikan karena beberapa daerah mengalami dampak yang relatif besar dari pandemi.
Sementara itu, para pemimpin China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 5,5%.
Tetapi banyak pengamat berpikir negara itu akan berjuang untuk mencapai target tersebut, meskipun mengumumkan ekspansi 3,9% yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal ketiga.
Di sisi lain, protes nasional di China yang jarang terjadi telah meletus di tengah tahun ketiga kebijakan nol-Covid.
Di lain sisi, investor global menantikan data yang akan rilis mulai dari produk domestik bruto (PDB) AS dan data pekerjaan untuk mengetahui bagaimana kinerja ekonomi di AS.
Selain itu, investor juga menantikan jadwal pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell di Hutchins Center pada hari ini waktu setempat untuk mencari petunjuk apakah The Fed akan memperlambat atau menghentikan kenaikan suku bunga.
Pada pidatonya, Powell akan membahas proyeksi ekonomi, inflasi, dan situasi pasar tenaga kerja. Investor global sangat menantikan momen tersebut guna menangkap sinyal arah kebijakan yang berpotensi akan diambil The Fed pada pertemuannya di 13-14 Desember 2022.
Selain itu, rilis laporan tenaga kerja nasional ADP dan angka lowongan pekerjaan AS per Oktober 2022 juga patut dicermati, untuk mengetahui situasi terkini dari pasar tenaga kerja setelah The Fed agresif menaikkan suku bunga acuannya untuk menurunkan angka inflasi.
Konsensus analis Trading Economics memprediksikan laporan tenaga kerja nasional ADP yang mengukur perubahan tenaga kerja sektor swasta non-pertanian (NFP) akan bertambah hanya 200.000 pekerjaan pada November 2022. Lebih sedikit jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di 239.000 pekerjaan.
Sementara, Biro Statistik AS juga akan merilis data Job Opening and Labour Turnover Survey (JOLTS) per Oktober akan mulai menurun menjadi 10,3 juta pekerjaan, turun dari bulan sebelumnya di 10,717 juta pekerjaan.
Pada saat ini, berita buruk menjadi berita baik, jika data tenaga kerja mulai menunjukkan penurunan maka akan menguatkan potensi bahwa The Fed akan menurunkan laju kenaikan suku bunga acuannya pada pertemuan selanjutnya. Sebab, pasar tenaga kerja yang mulai melambat, tentu akan menahan konsumsi masyarakat sehingga inflasi menjadi lebih mudah diturunkan.
Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih kuat, disertai dengan kenaikan upah yang cukup tinggi maka konsumsi masyarakat akan tetap kuat. Hal ini berisiko menahan inflasi di level tinggi dan potensi resesi akan benar-benar terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)
Sentimen: negatif (100%)