Sentimen
Positif (47%)
22 Nov 2022 : 00.34
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Apple

Kasus: PHK

Tokoh Terkait
Edward Ismawan Chamdani

Edward Ismawan Chamdani

Ini Penyebab GoTo, Shopee, dan Startup RI PHK Ribuan Orang

22 Nov 2022 : 00.34 Views 4

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

Ini Penyebab GoTo, Shopee, dan Startup RI PHK Ribuan Orang

Jakarta, CNBC Indonesia - Gojek Tokopedia (GoTo) dan Shopee menjadi segelintir nama di antara banyaknya perusahaan teknologi di Indonesia yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

GoTo melaporkan terpaksa harus melakukan PHK terhadap 1.300 orang atau sekitar 12% dari total karyawan tetap.

"GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi tantangan ke depan," ungkap CEO Grup GoTo Andre Soelistyo dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (21/11/2022).

-

-

Sementara Shopee Indonesia, beberapa bulan lalu merampingkan karyawan dengan jalan PHK. Tidak disebutkan jumlah karyawan yang terdampak, namun berdasarkan informasi yang didapatkan CNBC Indonesia sebanyak 3% dari 6.232 orang.

"Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit," kata Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira.

Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia startup  dan industri teknologi saat ini?

CNBC Indonesia pernah berdiskusi dengan beberapa pemain di ekosistem startup Indonesia soal tren pengurangan pegawai besar-besaran. Meskipun faktor faktor pendukungnya beragam, penyebab startup terpaksa PHK ternyata tidak jauh berbeda.

Menurut Managing Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, secara global, terjadi penyesuaian kembali atau readjustment dari sisi valuasi market terhadap perusahaan teknologi secara umum di era pasca-pandemi seperti saat ini.

Di perusahaan teknologi yang sudah masuk bursa, ini mengakibatkan banyak investor menarik investasi mereka dan membuat harga saham perusahaan teknologi merosot.

Faktor yang sama membuat investor pendukung startup yang belum melantai di bursa ekstra hati-hati. Startup yang masih mengandalkan duit investor berhadapan dengan minat investor yang merosot tajam.

"Sehingga startup yang sebagian besar masih bertumpu dari dana hasil fundraising harus melakukan efisiensi yang akhirnya dapat mengakibatkan layoff [PHK]," ungkapnya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu yang lalu.

Di sisi lain, Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Managing Partner Ideosource Venture Capital, Edward Ismawan Chamdani, mengaku tak kaget melihat startup mulai memilih strategi efisiensi lewat PHK karyawan.

Namun, menurutnya keputusan seperti ini merupakan hal yang biasa terjadi. Kejadian ini juga menjadi dampak dari keputusan bisnis yang belum tepat.

"Saya enggak bilang salah, tapi keputusan bisnis dalam arti apakah bisnis modelnya belum tepat atau target market-nya masih salah, atau ada value change yang mereka fokusnya terlalu lebar," ujar Edward kepada CNBC Indonesia.

Investor desak startup berhemat

Peringatan soal badai PHK startup sudah dilontarkan oleh salah satu investor startup ternama sejak awal tahun. Sequoia Capital, pemodal yang tenar sebagai salah satu investor pertama Google dan Apple, sempat menulis surat terbuka.

Sequoia meminta startup untuk berhemat demi kelangsungan hidup. Ini terjadi di tengah pasar saham yang merosot dan ekonomi suram.

Permintaan itu disampaikan dalam presentasi setebal 52 halaman yang dilaporkan CNBC Internasional, yang dipresentasikan oleh mitra Alfred Lin, Roelof Botha, Doug Leone, Carl Eschenbach, dan lainnya.

"Kami percaya ini adalah Momen Crucible. Pertama dan terpenting kita harus mengenali lingkungan yang berubah dan mengubah pola pikir untuk merespons dengan niat daripada penyesalan."

Momen Crucible adalah masa-masa sulit di mana yang bisa mengubah perubahan. Pada masa ini startup diharapkan untuk merefleksikan diri dan membuat keputusan besar demi keberlanjutan perusahaan.

Memo tersebut menyatakan inflasi berkelanjutan dan konflik geopolitik membuat kemampuan solusi kebijakan menjadi terbatas seperti memangkas suku bunga atau pelonggaran kuantitatif.

Sequoia mengikuti langkah investor startup lain yang memperingatkan para pendiri soal lingkungan makro ekonomi lewat Twitter. "Masa booming dalam dekade terakhir jelas sudah berakhir," kata Lightspeed dalam blognya.

Perusahaan teknologi yang sebelumnya mengalami pertumbuhan luar biasa saat pandemi mengambil langkah-langkah memangkas biaya. Mulai dari PHK hingga tidak melakukan perekrutan pegawai baru.

Mitra Sequoia, Michelle Bailhe mengatakan jumlah pemotongan biaya yang tepat tiap perusahaan bergantung pada bisnis dan pengeluaran uang. Tidak semua akan berdampak pada penundaan perekrutan.

Dalam beberapa kasus, dia mengatakan lebih baik "tetap semangat dalam bisnis inti karena menjadi lebih kuat". "Pesan yang ingin kami sampaikan pada para pendiri bahwa untuk perusahaan terbaik, harusnya ini jadi waktu untuk bersinar, karena saat mudah untuk semua orang untuk menggalang dana dan mendapatkan permintaan, Anda tidak melihat banyak kekuatan beberapa perusahaan," jelasnya.

"Lapangan permainan jadi lebih ketat, yang akan menguntungkan tipe orang yang memanfaatkan sebagian besar kesempatan ini".


[-]

-

Sukses IPO, Startup ini Tutup Nunggak Biaya Bayar Sewa Kantor
(dem/dem)

Sentimen: positif (47.1%)