Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kab/Kota: Yogyakarta, Pekalongan, Solo
Tokoh Terkait
Pakaian Batik di KTT G20 Dihina Warga Asing, Erick Thohir Justru Ajak Promosi
Republika.co.id Jenis Media: Ekonomi
Erick memandang cibiran yang dilontarkan warganet luar negeri karena ketidaktahuannya
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir ikut menanggapi soal cibiran warganet asing yang menghina pakaian batik dan tenun yang dikenakan delegasi KTT G20. Menurutnya, itu jadi momentum untuk mempromosikan batik dan kebudayaan yang ada di Indonesia.
"Saya membaca banyak respons netizen Indonesia atas tweet orang asing yang mencemoohkan batik dan baju tenun khas bali, kecintaan bangsa indonesia," ujarnya melalui unggahan di Instagram @erickthohir, Sabtu (18/11/2022).
"Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, kita memang perlu mengedukasi pihak-pihak yang mungkin masih kurang mengenal Indonesia," tutur Erick.
Erick memandang kalau cibiran yang dilontarkan oleh warganet luar negeri itu karena ketidak tahuannya. "Mungkin mereka tidak tahu bahwa baju batik, tenun, kebaya itu bagian dari keseharian kita," ungkapnya.
Bagi Erick, produk kebudayaan Indonesia itu harus dipromosikan. Apalagi mengenakannya dengan rasa bangga diri.
"Saya sendiri bangga memakai batik, kita semua pasti bangga. Dengan mengajak tamu negata memakai batik, maka itu menunjukkan kita bangsa yang percaya diri. Bangsa yang punya identitas, bangsa yang berbudaya," ujarnya.
Dia memandang kalau gelaran G20 menjadi bukti persembahan kepada dunia bahwa indonesia dengan segala keanekaragamannya, justru bersatu padu dengan Bhinneka Tunggal Ika. "Kita tumbuh menjadi bangsa yang semakin kuat dunia kini tahu Indonesia tak hanya indah di mata tapi juga indah di hati," kata Erick.
Melengkapi video unggahannya itu, Erick menekankan soal percaya diri. Salah satunya dalam mengenakan busana seperti batik hingga tenun. "Sebelum kita bisa membuat dunia bangga sama karya budaya Indonesia, kita harus menanamkan kebanggaan itu di dalam diri sendiri. Maka, kepercayaan diri adalah koentji," ujarnya.
Baginya, komentar negatif yang mengarah ke produk Indonesia harus bisa ditepis dan dimanfaatkan. Caranya, dengan mempromosikan batik, tenun, hingga kebaya untuk diketahui lebih luas lagi.
"Saat ada komentar negatif dari masyarakat dunia, kita manfaatkan itu. Mumpung mata dunia tertuju ke kita. Berani gak, hari ini kita sengaja pake baju khas daerah Indonesia, lalu post bareng-bareng di medsos, gunakan… #IrresistableIndonesia," ajak Erick Thohir.
Presiden Jokowi akhirnya menjelaskan alasan mengapa para pemimpin negara tampil pakai batik dalam sebuah sesi KTT G20 di Bali. Penampilan para peserta forum G20 dengan batik dinyinyiri YouTuber Inggris, Mahyar Tousi.
Jokowi membeberkan alasan mengusung batik dalam forum KTT G20 lewat akun Instagram terverifikasi, Sabtu (19/11/2022), seraya mengunggah sketsa karikatur bertajuk "Batik."
Sketsa tersebut menampilkan kesibukan rakyat Indoensia membatik, menjemur kain batik yang telah dipola dan diwarnai, bahkan ada yang tengah mencelup menggunakan pewarna alami.
"Batik Indonesia adalah warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi yang diakui oleh UNESCO. Batik dengan aneka corak dan warna digunakan masyarakat dalam berbagai suasana, dari perhelatan resmi, panggung fesyen, hingga kehidupan sehari-hari," tulis Jokowi.
"Para pemimpin negara G20 juga mengenakan batik saat menghadiri jamuan makan malam di kawasan Garuda Wisnu Kencana, Bali, Selasa 15 November lalu," RI-1 mengenang.
Batik nan elok yang dipakai para pemimpin negara maupun tamu penting di KTT G20 adalah cendera mata Indonesia untuk dunia. Jokowi lantas menceritakan sekilas proses pembuatannya.
"Batik-batik itu menjadi cinderamata Indonesia untuk tamu-tamu penting kita. Yang merah dicelup dengan pewarna dari buah mengkudu di Lasem," Presiden Jokowi menerangkan.
"Yang biru diwarnai dengan tanaman indigo di Pekalongan, dan warna cokelat dari tanaman soga yang dikerjakan di Solo/Yogyakarta. Batik adalah sumbangsih Indonesia untuk kebudayaan dunia," ia mengakhiri.
Sentimen: positif (93.4%)