BALI - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat penyakit yang paling tinggi dicover BPJS Kesehatan adalah cuci darah. Untuk mengatasi penyakit ini, Kemenkes pun membuat program menjaga kualitas masyarakat yang sehat dan mendeteksi penyakit lebih cepat.
"Jadi perhatian lebih besar pada layanan primer. Budget digunakan BPJS paling tinggi di untuk cuci darah," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, dalam Rangkaian Festival Kesehatan Astra 2022, di Banjar Tegehsari, Desa Tonja, Denpasar Utara, Bali, Sabtu (19/11/2022).
Dia melanjutkan, jadi pendekatan kesehatan yang dilakukan sekarang adalah mencegah di awal. Adapun caranya meningkatkan fasilitas kesehatan dari Posyandu, Klinik hingga Puskesmas.
"Nah outlet kesehatan itu kurang, tidak bisa hanya andalkan klinik atau puskesmas karena jumlahnya terbatas. Tapi kita punya 300 ribu posyandu. Ini yang bisa menjangkau semua masyarakat," ujarnya.
Posyandu pun, lanjutnya, akan ditingkatkan fasilitas kesehatannya. Di mana sebelnya hanya untuk anak-anak, Posyandu ke depannya bisa digunakan layanan fasilitasnya untuk masyarakat hingga lansia.
"Posyandu kita buat standar kesehatan. Dulu untuk anak kita perluas karena ada pergerakan kita tambah untuk usia produktif dan lansia," ujarnya.
"Jadi bisa cek gula darah, untuk cegah diabetes yang menjadi penyebab gagal ginjal dan penyakit lainnya. Dicegah dari awal, jangan sampai cuci darah, pasang ring dan kualitas hidup jadi buruk," ujarnya.
Baca Juga: Menuju Society 5.0, Ini Skill yang Harus Dimiliki Para Lulusan Universitas
Untuk mendukung hal tersebut, PT Astra Internasional Tbk (ASII) menginisiasi Astra Untuk Indonesia Sehat. Program kesehatan ini menyasar seluruh siklus hidup manusia mulai dari sebelum lahir hingga lanjut usia (lansia).
Adapun program utama dalam bidang kesehatan mencakup kegiatan Posyandu Terintegrasi untuk ibu, anak, remaja, dan lansia, program Intervensi Gizi, serta program Kesehatan Lingkungan Terintegrasi.
Hingga Oktober tahun ini, Astra telah membina 3.246 posyandu di seluruh Indonesia dengan 11.608 kader posyandu ibu, anak dan lansia, 213 kader Aksi Solidaritas Remaja Kesehatan Astra (AORTA), 22 pesantren di seluruh Indonesia dengan 3.800 santri penerima manfaat serta melakukan intervensi gizi secara masif di 35 desa di 11 kabupaten di Indonesia.
“Sepanjang 65 tahun berkembang bersama masyarakat Indonesia, Astra menyadari bahwa kesehatan merupakan pilar terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Bersama Kementerian Kesehatan RI, Astra terus berupaya memberikan sumbangsih nyata, serta berharap bahwa semangat untuk terus berkolaborasi dalam mendukung program kesehatan terus berkembang demi Indonesia yang lebih sehat,” ujar Chief of Corporate Human Capital Development Astra Aloysius Budi Santoso.
Selain itu, Astra juga melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoU) dengan Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat untuk mewujudkan Indonesia sehat. Mencakup upaya peningkatan bidang kesehatan masyarakat, penguatan dan aktivasi pelaksanaan posyandu, peningkatan upaya kesehatan dengan pendekatan siklus hidup, serta upaya perbaikan gizi masyarakat.