Sentimen
Negatif (98%)
18 Nov 2022 : 05.15
Tokoh Terkait

BI 4 Kali Kerek Bunga, Rupiah Tetap Keok! Apa yang Kurang?

18 Nov 2022 : 05.15 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

BI 4 Kali Kerek Bunga, Rupiah Tetap Keok! Apa yang Kurang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (17/11/2022). Padahal, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate sebesar50 menjadi 5,25%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (17/11/2022).

Adapun suku bunga deposit facility menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar menjadi 6%.

-

-

Dengan demikian, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 175 bps hanya dalam waktu 4 bulan beruntun. BI juga menaikkan suku bunga dengan cukup agresif, 50 basis poin dalam 3 bulan beruntun.

Langkah BI tersebut belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Pada perdagangan Kamis (17/11/2022) rupiah melemah 0,38% ke Rp 15.660/US$. Sepanjang tahun ini rupiah tercatat melemah sekitar 9%.


Bank Indonesia Terlambat Kerek Suku Bunga?

BI pertama kali menaikkan suku bunga pada Agustus lalu, sementara bank sentral AS (The Fed) sudah lebih dulu pada Maret. BI memang belakangan menaikkan suku bunga, tetapi bukan berarti ketika lebih dulu atau ahead the curve, rupiah akan mampu menguat.

Beberapa bank sentral lainnya sudah lebih dulu menaikkan suku bunga ketimbang The Fed, bahkan sudah sejak akhir tahun lalu.

Bank sentral Korea (Bank of Korea/BoK) misalnya, sudah menaikkan suku bunga sejak Agustus 2021 lalu. Hingga Oktober lalu, BoK sudah menaikkan suku bunga sebanyak 8 kali dengan total 250 basis poin menjadi 3%.

Namun, langkah tersebut tidak cukup membuat mata uang won menguat. Sebaliknya malah menjadi salah satu yang terburuk di Asia.

Sepanjang tahun ini pelemahnnya sekitar 10%, bahkan sempat hingga 20% pada akhir Oktober lalu di kisaran KRW 1.445/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Maret 2009.

Ada lagi Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang sudah menaikkan suku bunga sejak Desember 2021. Sepanjang tahun ini nyatanya kurs poundsterling merosot lebih dari 12%. Bahkan pada 26 September lalu sempat menyentuh GBP 1,0382/US$ yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah.

Otoritas Moneter Singapura juga sudah mengetatkan kebijakan moneternya sejak Oktober tahun lalu, dolar Singapura sepanjang tahun ini tercatat masih melemah sekitar 1,6%

Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) menaikkan suku bunga di bulan yang sama dengan The Fed, juga sangat agresif. Suku bunga BoC saat ini sebesar 3,75% dari sebelumnya 0,25%. Dolar Kanada pun masih melemah sekitar 5% melawan dolar AS.

Artinya, menaikkan suku bunga lebih dulu ketimbang The Fed tidak akan menjamin mata uang mampu menguat. Faktanya, berdasarkan data dari Refinitiv, hanya 3 mata uang di dunia yang mampu menguat melawan dolar AS di tahun ini, rubel Rusia, peso Meksiko, dan real Brasil.

Dua negara yang disebutkan terakhir suku bunganya sudah dobel digit, masing-masing 10% dan 13,75%.

Brasil sudah menaikkan suku bunga sejak Maret 2021 lalu dari 2%. Kali terakhir suku bunga dinaikkan pada Agustus lalu sebesar 50 basis poin. Artinya bank sentral Brasil sejak kuartal I-2021 sudah menaikkan suku bunga sebesar 1175 basis poin.

Kenaikan tersebut tentunya jauh dari The Fed yang sejauh ini menaikkan 375 basis poin. Sementara bank sentral lainnya, meski lebih dulu menaikkan suku bunga, tetapi lebih rendah ketimbang The Fed.

Kenaikan sangat agresif yang dilakukan bank sentral Brasil membuat yield obligasi tenor 10 tahun melesat ke atas 13%, yang tentunya menjadi atraktif bagi investor asing untuk mengalirkan modalnya ke Brasil.

Bandingkan dengan yield Treasury AS yang saat ini berada di kisaran 3,7%, selisihnya sangat lebar. Sementara negara-negara lainnya, termasuk Indonesia selisihnya semakin menyempit.

Hal ini memicu aksi carry trade, di mana pelaku pasar meminjam dolar AS dan menginvestasikannya di obligasi Brasil. Mata uang real pun menjadi perkasa.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pasokan Valuta Asing di RI Tiris

Sentimen: negatif (98.3%)