Sentimen
Negatif (97%)
16 Nov 2022 : 08.03
Informasi Tambahan

BUMN: Bank Mandiri, Garuda Indonesia

Semua Demi Rupiah! BI Diramal Kerek Suku Bunga 50 Bps Lagi

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

16 Nov 2022 : 08.03
Semua Demi Rupiah! BI Diramal Kerek Suku Bunga 50 Bps Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diproyeksikan melanjutkan kebijakan agresifnya bulan ini. BI diramal kembali mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis points (bps) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada pada Rabu dan Kamis (16-17 November 2022).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan secara agresif pada bulan ini.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, delapan lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25%.

-

-

Sementara itu, enam lembaga/institusi memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,00%.


Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 125 bps hanya dalam waktu tiga bulan, masing-masing sebesar 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, dan 50 bps pada Oktober.

Pada Oktober 2022, posisi suku bunga acuan BI berada di 4,75% sementara suku bunga Deposit Facility sebesar 4,00%, dan suku bunga Lending Facility ada di 5,50%.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan BI akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menahan pelemahan rupiah. Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan masih agresif juga menjadi pertimbangan BI untuk mengerek suku bunga sebesar 50 bps pada bulan ini.

"Tekanan nilai tukar rupiah masih tinggi. Kami memperkirakan BI akan melakukan front-loading kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Ini akan memberi sinyal jelas jika stance kebijakan BI akan lebih hawkish," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

Merujuk data Refinitiv, rupiah terpuruk sejak Oktober bahkan sempat melemah 0,51% pada pekan pertama November 2022. Dalam sepekan terakhir, rupiah sebenarnya sudah menguat sebesar 0,4% terhadap dolar AS.

Namun, mata uang Garuda terancam melemah kembali jika The Fed menaikkan suku bunga acuan agresif pada pertengahan Desember mendatang.

Ekspektasi pelaku pasar AS kini memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Desember 2022 dan kemudian akan melonggarkan kebijakan agresifnya pada 2023. Namun, pekan lalu, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan investor bereaksi berlebihan terhadap data inflasi yang melandai. Dia mengatakan pasar harus bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan kenaikan surplus neraca perdagangan pada Oktober 2022 memang menjadi modal positif bagi kubu MH Thamrin dalam menjaga stabilitas rupiah. Namun, ancaman capital outflow masih mengintai karena tren kenaikan suku bunga acuan global.

"Surplus akan menopang cadangan devisa dan stabilitas rupiah untuk level tertentu di tengah capital outflow," tutur Faisal dalam MacroBrief.

Seperti diketahui, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 5,67 miliar pada Oktober 2022, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar US$ 4,5 miliar.



Sentimen: negatif (97.7%)