Gak Pake Rem! Rupiah Libas Dolar AS, Jadi Juara 2 Di Asia
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (10/11/2022), setelah rilis data inflasi AS yang melandai. Bahkan, rupiah sukses menempati juara kedua di Asia.
Mengacu pada data Refinitiv, Mata Uang Garuda menguat tajam pada pembukaan perdagangan sebesar 0,96% ke Rp 15.540/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan penguatannya lebih tajam hingga 1,18% ke Rp 15.505/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Indeks dolar AS bergerak menguat 0,19% ke posisi 108,41. Kendati begitu, indeks dolar AS bergerak kian menjauh dari rekor tertingginya sejak 20 tahun di 114,7. Sehingga, peluang rupiah menguat pun menjadi terbuka lebar.
Angin segar dari Negeri Paman Sam tampaknya masih menjadi fokus utama di sisa pekan ini. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka inflasi AS per Oktober 2022 melandai menjadi 7,7% secara year-on-year/yoy dari sebelumnya di 8,2%.
Sejatinya, inflasi AS sudah mulai melandai sejak Juli 2022 dari rekor tertingginya sejak 40 tahun di 9% yang dicapai pada Juni 2022.
Hal tersebut membuat para pelaku pasar memprediksikan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai menurunkan magnitude kenaikan suku bunga acuan pada Desember 2022.
Melansir FedWatch, sebanyak 80,6% analis memprediksikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 bps, di mana tingkat suku bunga acuan diproyeksikan menjadi 4,25%-4,5%.
Analis dari perbankan terkemuka juga memprediksikan bahwa The Fed akan mengurangi kenaikan suku bunga acuannya pada Desember 2022.
"Saya pikir hasil inflasi AS untuk Oktober akan mendukung kasus penurunan dalam kenaikan suku bunga FOMC pada bulan Desember," tutur Ahli Strategi Mata Uang di Commonwealth Bank Australia kata Carol Kong dikutip Reuters.
Dalam acara terpisah, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengisyaratkan bahwa ia khawatir ketika Fed tidak bertindak cukup agresif menurunkan inflasi.
"Mengingat tingkat inflasi saat ini, sifatnya luas, saya percaya kebijakan moneter perlu menjadi lebih ketat dan tetap membatasi untuk sementara waktu untuk menempatkan inflasi pada jalur penurunan yang berkelanjutan hingga 2%," tutur Mester.
Sementara, Presiden Philadelphia Patrick Harker menyatakan bahwa Fed sebaiknya menghentikan kenaikan suku bunga acuan di atas 4,6%, untuk mengukur efek dari kebijakan yang lebih ketat.
Angka inflasi AS yang melandai, berhasil membuat mayoritas mata uang di Asia menguat, di mana ringgit Malaysia berhasil menjadi juara pertama di Asia karena menguat tajam 1,26% di hadapan dolar AS.
Disusul oleh rupiah dan baht Thailand yang menguat masing-masing sebesar 1,18% dan 0,39% terhadap dolar AS. Sementara yen Jepang terkoreksi paling tajam sebesar 0,68%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS(aaf/aaf)
Sentimen: negatif (98.5%)