Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Blora, Blitar, Klaten, Sragen
Tokoh Terkait
Keunggulan Biosaka Capai Produktivitas 8,9 Ton, Mentan SYL: Penggunaannya Bisa Kurangi Pupuk Kimia
Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi
Liputan6.com, Blitar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bersama Bupati Blitar, Rini Syarifah melakukan panen padi aplikasi Biosaka di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar seluas 57 ha dengan produktivitas 8,9 ton per hektar (ha) gabah kering panen (GKP), Kamis (10/11).
"Saya hadir di Blitar ini untuk mengatakan bahwa mau ada climate change dan tantangan apapun ke depan, tapi pertanian kita tetap terjaga berkat pertanian Blitar yang hebat. Kita tinggal butuh kerja keras memitigasi alam dan pupuk mengalami kelangkaan di dunia. Makanya kita bersyukur memiliki aplikasi Biosaka sehingga tidak bergantung pada pupuk kimia," ujar Mentan Syahrul.
Dia menjelaskan Biosaka adalah Bio artinya tumbuhan dan Saka singkatan dari selamatkan alam kembali ke alam. Biosaka itu bukan pupuk, tapi merupakan campuran pupuk yang dibuat dari ramuan diremas manual tangan dari bahan minimal 5 jenis rumput atau daun yang sehat sempurna di sawah yang dicampur air, tanpa campuran apapun hingga menjadi ramuan homogen, harmoni dan koheren lalu disemprot ke tanaman dan sisanya bisa disimpan hingga 5 tahun.
Perbesar
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bersama Bupati Blitar, Rini Syarifah melakukan panen padi aplikasi Biosaka pada Kamis (10/11)/Istimewa."Hari ini saya diajarkan petani Blitar membuat Biosaka. Bahannya dari rumput sekitar dan produksi padi di Blitar mencapai 9 ton per hektar menggunakan Biosaka. Penggunaan Biosaka ini bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia di atas 50%. Ini bisa dikerjakan oleh siapa saja, termasuk ibu-ibu tani," ujarnya.
Mentan Syahrul mengatakan bahwa penggunaan Biosaka ini sangat cocok sekali di Pulau Jawa yang unsur haranya sudah bertahun-tahun diendapkan bahan kimia. Dengan Biosaka, kesuburan tanah bisa dikembalikan.
Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, tetapi elisitor berperan sebagai signaling bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, lahan menjadi lebih subur.
Pengaplikasian Biosaka di Blitar dimulai dari 2019 oleh Anshar, petani muda penggagas asli Blitar yang sampai saat ini sudah mencapai 12.000 ha di 22 kecamatan dan mulai menyebar ke daerah lain di Indonesia.
"Satu genggam rumput diremas dicampur dengan air 5 liter cukup untuk menyemprot 3 sampai 4 hektar semusim untuk padi, jagung kedelai singkong sorgum, ubi, kacang, sayuran buah dan lainnya sangat efisien. Ramuan biosaka efektif dalam area wilayah setempat dan terjauh radius 20 kilometer, tidak efektif diaplikasikan di wilayah lain karena pengenalan agroekosistem," ujarnya.
Perbesar
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bersama Bupati Blitar, Rini Syarifah melakukan panen padi aplikasi Biosaka pada Kamis (10/11)/Istimewa.Sementara itu, Bupati Blitar, Rini Syarifah mengatakan beras di Blitar mengalami surplus 64 ribu per tahun. Untuk menjaga ketersediaan beras surplus, perlu peningkatan prasarana dan sarana pertanian, salah satu permasalahanya adalah kurangnya alokasi pupuk bersubsidi sehingga diperlukan inovasi dengan menggunakan pupuk organik yang murah, efisien dan mudah diaplikasikan petani.
"Oleh karena itu, kami apresiasi dukungan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong aplikasi Biosaka yang dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen. Untuk itu, saya menyambut baik inovasi ini dan berharap dapat diterapkan di semua lahan pertanian," ujarnya.
Perlu diketahui, pada acara ini Mentan SYL bersama Bupati Blitar dan 500 petani Blitar serta petani di daerah lainnya secara virtual melakukan praktek pembuatan Biosaka. Selain di Blitar, aplikasi Biosaka sudah dikaji dan demplot uji coba di Blora, Sragen, Klaten Grobogan, Jatisari dan daerah lainya dengan hasil yang bagus oleh Tim Perguruan Tinggi dan Kementerian Pertanian.
Manfaat ramuan Biosaka yakni biaya nol rupiah, gratis buatan sendiri, tidak ada risiko kerugian bagi petani, dan menghemat biaya pupuk kimia 50 sampai 90%, sehingga petani normal pakai pupuk biasanya Rp3 juta/ha/musim menjadi cukup Rp 0,3 hingga 1,5 juta/ ha per musim serta meminimalisir atau mengurangi serangan hama penyakit dan lahan pun menjadi subur sehingga produksi lebih bagus.
(*)
Sentimen: positif (99.8%)