JAKARTA - Indonesia diyakini menjadi negara maju pada 2045. Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Indonesia memiliki visi untuk menjadi high-income country di tahun 2045.
Luhut mengaku pede Indonesia bisa melampaui pendapatan per kapita lebih dari USD10 ribu atau setara Rp157 juta (kurs Rp15.700 per USD) di 2030.
"Saat ini GDP Indonesia mencapai USD1,3 triliun, dan saya percaya bahwa GDP di 2030 bisa mencapai USD3,5 triliun ataupun lebih dari itu jika konsistensi pembangunan Indonesia bisa tetap berada di angka pertumbuhan 5,3%-5,7%," ujar Luhut dalam 4th Indonesia Fintech Summit 2022 secara virtual di Bali, Kamis(10/11/2022).
Luhut juga mengingatkan bahwa mitigasi dampak perubahan iklim, seperti dekarbonisasi dan transisi energi menjadi sangat penting. Indonesia, menurut Luhut, berhasil menahan pandemi COVID-19, salah satu hal yang mungkin tak banyak orang sadari.
"Begitu kompleksnya penanganan pandemi itu, Indonesia salah satu negara dari sedikit negara yang berhasil melakukan itu. Saya dikritik banyak waktu itu kenapa tidak lockdown, dan saya lapor Presiden saya tidak percaya lockdown itu, karena bagaimanapun itu akan terjadi, dan yang terjadi kita harus melihat dari segi pergerakan manusia dan kemudian bagaimana vaksinasi dan seterusnya," tegas Luhut.
Dia mengatakan bahwa Indonesia berhasil menahan pandemi, pertama karena kerja tim dari atas ke bawah. Tidak ada satu orang pun yang boleh mengklaim bahwa ini berkat usaha perseorangan, melainkan karena usaha bersama.
"Artinya apa? Kalau kita kompak, tidak ada yang tidak bisa kita selesaikan. Ini yang saya kira perlu Anda pegang bersama-sama. Transformasi ekonomi dari commodity based menjadi value-added based itu terjadi, dulu kita hanya lihat commodity prices naik, hebat ekonomi kita, but today, it is different," ungkap Luhut.
Ekspor Indonesia ke China misalkan, sangat tinggi. Ekspor di tahun lalu menjadi ekspor terbesar sepanjang sejarah, sebesar USD232 miliar.
"Belum pernah seperti itu, kita punya ekspor raw material juga naik. Kemudian meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi juga penting. Government procurement kita ada Rp1.200 triliun dan Rp400 triliun dari BUMN, sekarang secara bertahap secara digitized. Dulu Rp1.600 triliun ini 90% kita impor, sekarang BPS membuat studi kalau Rp400 triliun bisa kita buat dan dibuat dalam negeri, itu bisa menciptakan hampir 2 juta lapangan kerja, dan membuat pertangguhan ekonomi on top of yang ada 1,7%," jelas Luhut.
Dia bercerita bahwa dia pernah dikunjungi oleh Dubes AS di kantornya, dimana dubes tersebut menanyakan mengapa Luhut menarik semua brand AS dari e-katalog. Luhut menegaskan kepadanya, "Your Excellency, basically America told us how to do it, your President said American First, so Indonesia also has the right to say Indonesia First, as simple as that."
"Setelah itu pun tidak ada komplain lagi. Jadi apa yang mau saya bilang sama Anda? Kalau kita bangga buat negeri kita, kita akan jadi. Jadi jangan anggap kita kelas dua, enggak. We are first class, nobody can beat that," pungkas Luhut.