Sentimen
Negatif (100%)
6 Nov 2022 : 13.16
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Beijing

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

Harga Minyak Dunia Melejit Nyaris 3% Pekan Ini, Ada Apa?

6 Nov 2022 : 20.16 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Harga Minyak Dunia Melejit Nyaris 3% Pekan Ini, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah pada pekan ini terpantau cerah, meski masih ada sentimen negatif dari China terkait kebijakan nol-Covid dan sikap hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS).

Harga minyak kontrak jenis Brent melesat 2,92% secara point-to-point (ptp) dibanding posisi penutupan pekan lalu ke US$ 98,57 per barel. Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melonjak 5,36% ke US$ 92,61 per barel pekan ini.

-

-

Pada perdagangan Jumat (4/11/2022) pekan ini, harga minyak mentah juga menguat, karena pasar menunggu berlalunya batas harga pada ekspor Rusia, meskipun kekhawatiran atas permintaan China dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih hawkish menempatkan minyak mentah di jalur untuk mengakhiri minggu ini dengan lebih rendah.

Batasan harga minyak Rusia dimaksudkan untuk mengurangi pendapatan minyak Rusia sebagai tanggapan atas perang ke Ukraina. Tetapi pasar meragukan keefektifan pembatasan tersebut, mengingat importir utama Rusia, China dan India telah memberikan sedikit indikasi bahwa mereka akan mematuhinya.

Pembatasan juga akan secara efektif memotong ekspor bahan bakar Rusia ke barat, yang diperkirakan akan sangat membatasi pasokan dalam beberapa bulan mendatang.

Harga minyak mentah memulai pekan ini dengan pijakan yang kuat di tengah isu bahwa China berencana untuk mengurangi kebijakan ketat nol-Covid. Tetapi harga membalikkan sebagian besar kenaikan mereka setelah Beijing menepis rumor tersebut.

Kasus Covid-19 di China mencapai level tertinggi dalam dua bulan lebih membuat pemerintah setempat meningkatkan kebijakan ketat untuk mobilitas atau zero-Covid.

China sendiri memiliki prinsip zero-Covid, di mana pengetatan akan dilakukan untuk menekan angka penularan ke level 0 saat ada lonjakan kasus meskipun tidak signifikan. Hal ini membuat ekonomi China akan kembali tumbuh melambat.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 3,2% tahun ini, turun 1,2 poin dari perkiraan April. Padahal pada 2021 ekonomi China mampu tumbuh 8,1%.

Ketika ekonomi melambat, permintaan minyak mentah yang digunakan untuk segala aktivitas seperti untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) atau sumber daya energi berpotensi susut.

China sendiri adalah konsumen utama minyak mentah dunia. Menurut data BP Statistic pada 2021 konsumsi China mencapai 15,4 juta barel per hari atau 16,4% konsumsi dunia. Sehingga permintaan dari China dapat mempengaruhi gerak minyak mentah dunia.

Di sisi lain, Ketua The Fed, Jerome Powell mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga masih akan terus berlanjut. Hal ini mendorong dolar dan membuatnya minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

"Minyak sedang berjuang melawan prospek ekonomi global yang melemah dan dolar yang melonjak. Tampaknya pendorong bearish ini tidak akan mereda dalam waktu dekat," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analis OANDA.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[-]

-

Pertama Sepanjang Tahun: Harga Minyak Brent dan WTI Beda Arah
(chd/chd)

Sentimen: negatif (100%)