Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Grup Musik: APRIL
Kasus: pengangguran
Tokoh Terkait
Rupiah Kian Ambruk ke Rp 15.735/US$! Gimana Nasibnya Nanti?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali mencatatkan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (4/11/2022), rupiah terus menanjak setelah bank sentral The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebesar 0,19% ke Rp 157254/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan pelemahannya menjadi 0,29% ke Rp 15.740/US$ pada pukul 09:03 WIB.
Kemudian, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di Rp 15.735/US$, melemah 0,25% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak pertengahan April 2020 lalu.
Pergerakan mata uang Garuda mulai mendekati Rp 16.000/US$. Sebagai catatan, pada 18 Oktober 2022, rupiah sudah sempat tembus ke level Rp 15.845, nyaris Rp 16.000 per dolar AS. Jika pelemahan terhadap rupiah terus terjadi bukan tidak mungkin level tersebut terlampaui.
Melemahnya rupiah dipicu oleh perkasanya dolar AS, indeks dolar AS pada pukul 15:00 WIB sudah berada di 112,72. Apalagi semenjak Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bps dan mengerek naik tingkat suku bunga Fed menjadi 3,75%-4%.
Posisi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Januari 2008. Di sepanjang tahun ini, The Fed telah sangat agresif menaikkan suku bunga acuannya hingga 375 bps.
Selain itu, ketua The Fed mengindikasikan suku bunga bisa lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
"Kami masih memiliki beberapa kali kenaikan suku bunga lagi, dan data yang kami lihat sejak pertemuan terakhir menunjukkan tingkat suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diperkirakan," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Ini menambah kekhawatoran risiko resesi dunia pada tahun depan benar nyata adanya, dolar AS yang menyandang status safe haven tentunya menjadi primadona.
Pasca penyataan tersebut, pelaku pasar melihat suku bunga The Fed bisa berada di 5,25% pada awal tahun depan. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat ada probabilitas sebesar 46% suku bunga The Fed berada di 5% - 5,25% pada Maret 2023.
Dengan tingkat suku bunga yang semakin tinggi, maka peluang Amerika Serikat untuk lepas dari resesi atau soft landing di 2023 semakin menyempit. Hal itu juga diakui oleh Powell.
Di sisi lain, rupiah yang melemah karena ada kebutuhan genuine demand dari beberapa perusahaan. Selain itu, BI juga melihat ada pembayaran utang dalam valuta asing dan repatriasi.
Setidaknya inilah yang menjadi alasan mengapa nilai tukar rupiah mengalami pelemahan yang cukup signifikkan pada perdagangan hari ini.
Ke depannya, rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan perlemahannya sebab pelaku pasar tengah menunggu rilis data US employment malam ini. Jika data NFP lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran AS lebih rendah dari perkiraan maka akan berpotensi menekan rupiah.
Kendati demikian, akan ada sentimen rilis PDB Indonesia minggu depan yang bisa berpeluang menopang pergerakan rupiah. Seperti diketahui bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III diperkirakan tumbuh tinggi.
Konsensus ekonom yang dirangkum oleh CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS
(aum/aum)
Sentimen: negatif (96.6%)