Pelaku Pasar Masih Getol Jual Rupiah!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih tertahan di atas Rp 15.700/US$ hingga pertengahan perdagangan Jumat (4/11/2022). Dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat perkasa menyulitkan rupiah menguat, Selain itu survei yang dilakukan Reuters menunjukkan pelaku pasar masih doyan jual rupiah.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:30 WIB rupiah berada di Rp 15.725/US$, melemah 0,19% di pasar spot.
Jika hingga penutupan nanti tidak mampu bangkit, rupiah akan membukukan pelemahan 2 hari beruntun.
Bank Indonesia (BI) juga mengakui kedigdayaan dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara, termasuk nilai tukar rupiah. BI menyebut keperkasaan dolar AS memang tak terbantahkan.
Hal tersebut dikemukakan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11/2022). Perry mengatakan, hampir seluruh negara memang terkena dampak dari penguatan dolar AS.
"Dolar sangat super strong. Year to date sudah menguat, apresiasi hampir 20%," kata Perry.
Apresiasi yang dimaksud adalah indeks dolar AS yang saat ini berada di level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) menjadi pemicu penguatan dolar AS. Di tambah lagi dengan risiko resesi dunia pada tahun depan, dolar AS yang menyandang status safe haven tentunya menjadi primadona.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia mengatakan langkah The Fed tersebut sejalan dengan perkiraan BI sampai dengan terminal rate FFR hingga semester I-2023 nanti.
"Sejalan dengan pergerakan indeks dolar AS yg menguat secara broad-based pasca pengumuman kemarin ke level 112,72, sentimen risk-off atau flight to quality di beberapa negara emerging market meningkat, dan menyebabkan mayoritas nilai tukar di kawasan melemah, termasuk Indonesia meski kami perkirakan relatif terbatas ditopang optimisme pertumbuhan ekonomi di Q3, inflasi yg turun, dan yield spread SBN yg masih kompetitif," tambah Dody.
Sementara itu tekanan jual terhadap rupiah masih cukup tinggi, meski sudah mulai menurun. Hal ini terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Survei terbaru yang dirilis Kamis (3/11/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 1,53, menurun ketimbang 2 pekan lalu 1,83. Posisi tersebut terbilang masih tinggi, dan menjadi salah satu yang terparah dibandingkan mata uang Asia lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS
(pap/pap)
Sentimen: negatif (79%)