Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pemilu 2019
Langkah WhatsApp Cegah Penyebaran Hoax Jelang Pemilu 2024
Detik.com Jenis Media: Tekno
WhatsApp ikut bersiap mengawal Pemilihan Umum 2024. Platform messaging milik Meta itu sudah menyiapkan beberapa fitur untuk mencegah penyebaran hoax, misinformasi, dan kampanye hitam menjelang Pemilu 2024.
Manajer Kebijakan Publik WhatsApp untuk Indonesia Esther Samboh mengatakan WhatsApp memiliki beberapa pendekatan untuk memerangi penyebaran misinformasi. Pendekatan pertama dari sisi produk berupa fitur seperti pembatasan forward pesan.
Pembatasan forward pesan sebenarnya bukan fitur baru mengingat fitur ini pertama kali dikenalkan di Indonesia menjelang Pemilu 2019. Dengan fitur ini, pengguna WhatsApp hanya bisa meneruskan pesan ke lima chat saja.
"Pembaruan ini sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu dan sudah menurunkan jenis-jenis pesan seperti ini secara cukup dramatis, lebih dari 20% pesan-pesan yang diteruskan itu berkurang," kata Esther dalam media briefing virtual, Selasa (2/11).
Meski WhatsApp mengizinkan meneruskan pesan ke lima chat sekaligus, pengguna hanya bisa meneruskan pesan ke satu grup saja. Selain itu, pesan yang sudah diteruskan berkali-kali juga hanya bisa diteruskan ke satu chat saja.
Esther mengatakan kebijakan ini berhasil menurunkan jumlah pesan-pesan yang diteruskan berkali-kali hingga 70%. Untuk itu, ia mengimbau semua pengguna WhatsApp agar lebih waspada jika menemukan pesan dengan label 'Diteruskan' atau 'Diteruskan berkali-kali'.
"Forward label itu tandanya kan ini pesan bukan dari orang yang mengirimkan ke kita apalagi yang sudah forwarded many times atau diteruskan berkali-kali. Ini kan berarti sudah pesan yang kadang-kadang mungkin kita nggak tahu siapa yang pertama mengirimkan," jelas Esther.
Jika menemukan pesan atau akun yang perilakunya dianggap mencurigakan, Esther meminta pengguna untuk tidak segam memblokir dan melaporkan akun tersebut. Laporan tersebut akan ditangkap oleh teknologi machine learning WhatsApp yang bekerja terus-terus menerus untuk mendeteksi sesuatu yang mencurigakan.
"Penyalahgunaan ini sudah secara proaktif atau di-sweeping atau dilakukan oleh WhatsApp juga dimonitor oleh WhatsApp dengan machine learning technology yang bekerja 24/7 tadi," ucap Esther.
"Secara proaktif sudah ada lebih dari 8 juta akun yang dilarang di WhatsApp setiap bulan dan lebih dari 70% di antaranya itu proaktif tanpa ada laporan pengguna sama sekali," imbuhnya.
Selain dari sisi produk, WhatsApp juga bekerjasama dengan organisasi pengecek fakta seperti Mafindo, Liputan6, dan Tempo yang kini memiliki chatbot di WhatsApp. Pengguna cukup meneruskan link, pesan, atau keyword yang ingin dicek faktanya lewat salah satu chatbot.
"Kita juga bekerjasama dengan pemerintah termasuk di sini organisasi pemilu seperi KPU, Bawaslu, Kominfo untuk memastikan keamanan dari informasi yang beredar terutama di tahun-tahun yang terkait pemilu dan kampanye pemilu juga," pungkasnya.
Simak Video "WhatsApp Down, Netizen Ramai-ramai Mengeluh"
[-]
(vmp/rns)
Sentimen: positif (99.2%)