Sentimen
Negatif (94%)
3 Nov 2022 : 07.15
Tokoh Terkait

Indonesia Bisa Selamat Dari 'Kiamat', Ini 4 Modalnya

3 Nov 2022 : 14.15 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Indonesia Bisa Selamat Dari 'Kiamat', Ini 4 Modalnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Iklim perekonomian makin dipenuhi ketidakpastian. Semula, banyak negara, termasuk Indonesia meyakini risiko pandemi akan segera berakhir. Namun kenyataan yang terjadi, risiko bergeser dari pandemi ke gejolak ekonomi global.

Apa penyebabnya? Inflasi melonjak akibat gangguan pada supply chain dunia. Saat permintaan mulai pulih, pasokan tidak serta mampu mengimbangi. Mismatch antara permintaan dan penawaran ini menyebabkan kenaikan harga.

Wakil Menteri Keuangan, Suahazil Nazara mengatakan, situasi diperparah oleh konflik Rusia dan Ukraina. Sejak operasi militer Rusia dimulai Februari 2022 lalu, harga komoditas bergejolak. Kenaikan harga energi mendorong lonjakan inflasi di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

-

-

AS mencatat rekor inflasi 9,1% di Juli 2022, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Inflasi di negara-negara Uni Eropa juga mencatat rekor 9,9% di September 2022. Akibat lonjakan inflasi, pasar keuangan bergerak volatil, terutama setelah The Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan secara eksesif.

Capital outflow di pasar saham dan surat utang tidak terhindarkan. Hal lain yang perlu digaris bawahi, lebih dari 60 negara menghadapi risiko gagal bayar utang. Tidak sedikit negara yang memiliki rasio utang terhadap PDB di atas 60% sampai dengan di atas 10%.

Muara dari kondisi ekonomi global ini adalah stagflasi, kondisi di mana ekonomi melemah namun disertai inflasi yang tinggi. Stagflasi adalah kombinasi yang sangat berbahaya dan rumit secara kebijakan ekonomi.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Kondisi Indonesia dikatakan cukup resilien. Konsumsi domestik masih terjaga, investasi meningkat, dan aktivitas produksi juga dalam taraf ekspansif yang ditunjukkan level PMI di atas 50. Berkat kenaikan harga komoditas.

"Neraca Perdagangan Indonesia bahkan surplus 29 bulan berturut-turut. Ini yang membuat kita optimis di samping tetap waspada terhadap gejolak yang terjadi secara global," tegas Suahazil, dalam acara The Indonesia 2023 Summit, Jumat (29/10/2022).

Tidak seperti negara lain yang berpotensi mengalami default, rasio utang terhadap PDB Indonesia relatif rendah di level 39% dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 diperkirakan 5,3% serta inflasi diprediksi 3,6%.

Jika pandemi berakhir, Indonesia perlu memikirkan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Salah satu sumber pertumbuhan baru itu adalah hilirisasi industri minerba. Pemerintah Indonesia sudah melarang ekspor komoditas minerba dalam bentuk mentah.

Selain memberikan nilai tambah berkali lipat, hilirisasi industri minerba telah menambah lapangan pekerjaan dan secara langsung meningkatkan penerimaan negara. Pemerintah telah memberikan insentif fiskal untuk melanjutkan inisiatif ini. Kedua, Indonesia perlu mendorong penggunaan produk dalam negeri.

"Presiden Joko Widodo selalu menekankan gunakan produk dalam negeri. APBN kita tahun 2023 itu lebih dari Rp 3.000 triliun dan hampir Rp 750 triliun di antaranya bisa digunakan untuk belanja produk dalam negeri. Alokasi belanja ini, meski jangka pendek bisa menjadi sumber pertumbuhan baru," jelas Suahazil.

Ketiga, sumber pertumbuhan ekonomi baru dalam jangka panjang, yaitu transformasi ekonomi hijau. Transformasi ini akan membuka banyak peluang baru. Indonesia berkomitmen menuju Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat dari tahun itu. Untuk itu, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu mengurangi penggunaan energi fosil dan bersamaan dengan itu membangun pembangkit energi terbarukan.

Sumber pertumbuhan ekonomi baru yang keempat, Indonesia perlu memperdalam sektor keuangan. Ini agenda semi jangka pendek dan saat ini sedang dalam proses penyusunan Undang-undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.

Permasalahan saat ini, sektor keuangan Indonesia masih sangat dangkal sementara industri ini menghadapi disrupsi teknologi yang masif. Maka diperlukan reformasi sektor keuangan dengan meningkatkan akses jasa keuangan.

Kemudian memperluas sumber pembiayaan jangka panjang meningkatkan daya saing dan efisiensi, serta meningkatkan perlindungan investor dan konsumen.Empat strategi itu mesti diterapkan oleh Indonesia jika mau selamat dari ancaman gejolak ekonomi global yang mengerikan di tahun depan.


[-]

-

Dunia Resesi, Indonesia Aman Nggak Ya?
(ayh/ayh)

Sentimen: negatif (94.1%)