Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dianggap masih kuat ketika perekonomian dunia melambat dan akan lebih buruk ke depannya. Salah satunya terlihat dari sisi sektor keuangan.

Hal ini diungkapkan oleh Destri Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) dalam acara Mandiri Sustainability Forum, Rabu (2/11/2022)

-

-

"Pasar keuangan masih kuat meskipun terjadi perlambatan ekonomi global saat ini, karena tingginya biaya pinjaman," jelasnya.

Persoalan dunia kini terletak pada tingginya inflasi pada hampir semua negara yang disebabkan persoalan energi dan pangan pasca meletusnya perang Rusia - Ukraina Februari silam.

Situasi ini direspons melalui pengetatan moneter oleh Bank Sentral. Tidak sedikit juga yang mengambil jalan kenaikan suku bunga acuan secara agresif seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan sederet negara lainnya.

"Seperti yang kita ketahui bersama, masalah utama sebenarnya datang dari sisi inflasi," imbuhnya

Pasar keuangan Indonesia alami tekanan, namun tidak separah banyak negara lainnya. Contohnya pada sisi rupiah. Pelemahan yang terjadi hanya 2,53% di September. Sementara Malaysia Ringgit sekitar 3,5%, Filipina Peso 4,35%, Thailand Baht 3,36%. Bahkan Korea Won 6,5%.

Aliran modal asing juga masih masuk (inflow) ke pasar modal secara year to date (ytd). Meskipun di pasar obligasi tercatat outflow.

Seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia, Destri optimis pasar keuangan tanah air tetap jadi incaran investor. Di samping terus mempercepat dan meningkatkan perluasan dan pendalaman pasar keuangan.

"Kita dapat melihat antusiasme terhadap sektor keuangan pada aspek berkelanjutan masih sangat kuat," tegas Destri.

[-]

-

Ramalan Horor Sri Mulyani Soal Krisis Keuangan-Negara Ambruk
(mij/mij)